Minggu, 19 Januari 2014

flores_borneo: Mengenang Uskup Agung Samarinda: Mgr. Sului Floren...

flores_borneo: Mengenang Uskup Agung Samarinda: Mgr. Sului Floren...: Uskup Agung Samarinda dalam Rekaman Gambar Photo by: Chris Djoka Sosok sederhana, salah satu putra terbaik Kalimantan Timur dan mer...

flores_borneo: Memaknai Kehadiran Volunteer di Paroki St. Maria R...

flores_borneo: Memaknai Kehadiran Volunteer di Paroki St. Maria R...: Volunteer di Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing Nehas Liah Bing (14/07/13) Sejak tanggal 6 Desember 2012, bersamaan deng...

flores_borneo: In Memoriam: Uskup Agung Samarinda, Mgr. Sului Flo...

flores_borneo: In Memoriam: Uskup Agung Samarinda, Mgr. Sului Flo...: Tribunnews.com, Jakarta - Misa Requiem untuk Almarhum Uskup Dioses Samarinda Mgr Florentinus Sului Hajang Hau MSF akan dilangsungkan di...

flores_borneo: Para Suster SSpS Siap Rencanakan Pengembangan Seko...

flores_borneo: Para Suster SSpS Siap Rencanakan Pengembangan Seko...: Suster SSpS Rencanakan Pengembangan SDK St. Arnoldus Jansen  di Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea  Kabupaten Kutai Timur - Kaliman...

flores_borneo: Hutan Lindung Wehea

flores_borneo: Hutan Lindung Wehea: Hutan Lindung Wehea, memiliki pesona & daya pikat baik bagi para pengunjung lokal, maupun luar negeri. Berbagai kunjungan, baik dari par...

flores_borneo: Masyarakat Adat Wehea Selenggarakan Kongres Adat P...

flores_borneo: Masyarakat Adat Wehea Selenggarakan Kongres Adat P...: Kongres Adat Wehea Sebuah Langkah Menuju Masyarakat Wehea yang Maju dan Mandiri Ritual Nekeang...membuka Kongres dalam Tradisi Suk...

Hutan Lindung Wehea.....

Sabtu, 02 November 2013

Kolaborasi Pengelolaan Hutan Lindung Wehea, Apa Mungkin?
Membangun Peluang Kolaborasi


Hutan Lindung Wehea dengan luas mencapai 38.000 hektare tentunya menyimpan beragam kekayaan bidiversity. Terdapat puluhan jenis tanama kayu bernilai ekonomis tinggi, ratusan jenis burung dan beragam jenis satwa dan mamalia.

Itu baru keragaman biodiversity yang terkandung didalamnya. Selain itu, tentu hal tersebut menjadi prioritas, dimana Hutan Lindung Wehea ternyata menjadi sumber dari 3 anak sungai besar yang masuk dalam DAS Wehea. Sungai Sekung Besar, Melyiu dan Metgueen, semuanya bersumber dari sana. Hal tersebut diuangkap dalam hasil penelitian dari sebuah lembaga konservasi The Nature Conservancy (TNC) yang sejak tahun 2004 bekerja bersama dengan Masyarakat hukum Adat Wehea di Nehas Liah Bing serta Pemerintah Kabupaten Kutai Timur.

Hutan Lindung Wehea, selain sebagai "ujung" dari ketiga sungai diatas yang bermuara langsung ke Sungai Wehea (Long Msaq Teng - dalam bahasa Wehea), juga bisa disebut sebagai spon yang cukup baik untuk menyimpan air, ungkap Nunuk Kasyanto, Manager Kawasan Hutan Lindung Wehea pada tahun 2009 lalu.

Sedangkan bagi masyarakat adat Dayak Wehea, Hutan Lindung Wehea menjadi sangat penting karena dari sinilah awal dimana Suku Dayak Wehea mulai dikenal oleh berbagai pihak, mulai dari tingkat lokal, regional, nasional hingga dunia internasional.

Pada tahun 2007, dalam sebuah kegiatan yang mempertemukan berbagai pihak dan pegiat konservasi internasional, Hutan Lindung Wehea meraih penghargaan pertama secara internasional yang menempati perintkat ketiga penghargaan "Schooner Prize". Sebuah penghargaan dari para pemerhati konservasi dunia tersebut bersaing ketat dan hanya kalah dari praktek konservasi di Salomon Island dan Mexico. Sebuah capaian yang luar biasa dan yang menjadi menarik adalah model kolaborasi (masyarakat adat, NGO;s dan Pemerintah) yang didorong sejak awal proses pencanangan kawasan tersebut menjadi Hutan Lindung dengan Hukum Adat Wehea yang memayunginya.

Pasca "Schooner Prize" sebuah penghargaan bergengsi lainnya pun diraih. Pada tahun 2009, Kalpataru, sebuah penghargaan tertinggi dalam bidang lingkungan di Indonesia berhasil diraih oleh Lembaga Adat Dayak Wehea Nehas Liah Bing yang diserahkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 5 Juni 2009. Sebuah penghargaan yang disambut dengan sukacita oleh segenap masyarakat Wehea. Mengutip Ledjie Taq, kepala adat Desa Nehas Liah Bing pasca menerima penghargaan tersebut mengungkapkan bahwa Kalpataru ini bukan hanya bagi masyarakat Nehas Liah Bing tetapi juga bagi masyarakat Wehea yang tersebar di 6 desa diantaranya Desa Dea Beq, Diak Lay, Bea Nehas, Long Wehea dan Diaq Leway. Jadi bukan hanya kebanggaan kami saja tetapi kebanggaan seluruh warga Wehea, lanjut Ledjie Taq.

Lebin Yen, seorang anggota team Petkuq Mehuey, sebulan setelah mendapatkan penghargaan Kalpataru juga mengungkapkan bahwa penghargaan tersebut adalah sebuah bukti dimana kami suku Dayak Wehea diakui keberadaannya, dan bahwa komunitas Dayak Wehea juga telah memberikan peran bagi upaya perlindungan hutan di negeri ini.

Kembali pada eksistensi Hutan Lindung Wehea, akhirnya pada tahun 2013, diperoleh sebuah kabar menarik dimana Menteri Kehutanan Republik Indonesia akhirnya menandatangani SK Penetapan kawasan tersebut untuk menjadi Hutan Lindung. Sebuah penantian panjang akhirnya terbayar dengan lahirnya SK-Menhut RI tersebut. Seperti pada berbagai tulisan yang ada, bahwa begitu banyak pihak menyayangkan walaupun sekian kali menteri kehutanan berganti, SK Hutan Lindung Wehea tak kunjung diperoleh/ditandatangani. Sebuah berita baik yang layak mendapatkan apresiasi tentunya, sehingga dengan adanya ketetapan tersebut diharapkan Pemerintah Kutai Timur juga semakin berupaya untuk terus mendorong agar eksistensi kawasan tersebut tetap terjaga seperti juga harapan masyarakat Dayak Wehea pada umumnya dan khususnya warga Wehea di Nehas Liah Bing.

Kolaborasi: Membangun Peluang Pendanaan Bagi Pengelolaan Hutan Lindung Wehea

Berdasarkan ragam informasi yang ada, pendanaan untuk pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Wehea sejauh ini masih sangat terbatas. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melalui Badan Pengelola Hutan Lindung Wehea setiap tahun masih mengalokasikan anggaran untuk mendukung pengelolaan kawasan tersebut yang diharapkan dengan lahirnya SK-Menhut yang telah lama ditunggu dapat menjadi sebuah pedoman untuk meningkatkan pendanaan dalam rangka mendukung pengelolaan kawasan tersebut.

Selain Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melalui Badan Pengelola Hutan Lindung Wehea, pendanaan untuk pengelolaan juga diperoleh dari beberapa donor, yaitu The Nature Conservancy yang setiap tahun juga membantu berbagai kegiatan dalam pengelolaan kawasan, tetapi sesuai dengan nota kesepahaman tahap-2, kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dengan The Nature Conservancy (TNC) akan segera berakhir pada tahun 2015, sehingga perlu menjadi sebuah pemikiran bersama agar dimasa depan, dapat diperoleh funding-funding baru untuk mendukung upaya pengelolaan kawasan tersebut.

Melihat fakta tersebut diatas, tentunya saat ini telah "tersaji" sebuah tantangan yang harus dihadapi, agar upaya pengelolaan kawasan Hutan Lindung Wehea tidak berhenti tetapi terus berlangsung sebagai sebuah bukti eksistensi keberadaan kawasan tersebut dan juga eksistensi dari Komunitas Suku Dayak Wehea.

Berangkat dari hal tersebut, keberadaan beragam stake holder yang ada di sekitar Hutan Lindung Wehea, terutama beberapa perusahaan swasta baik perusahaan kelapa sawit maupun perusahaan pertambangan (saat ini belum beroperasi) perlu diajak untuk duduk bersama agar bersedia untuk mendukung pengelolaan Hutan Lindung Wehea. Mengapa? Hal tersebut menjadi sangat penting dan tentunya bernilai positif bila pihak swasta juga dapat terlibat secara langsung (misalnya: membantu pendanaan) dalam membantu pengelolaan kawasan tersebut yang nyata-nyatanya menjadi "sumber air" bagi 3 DAS Muara Wehea, selain tentunya keanekaragaman hayati yang ada didalamnya.

Menilik kembali proses yang telah dibangun beberapa tahun sebelumnya, Badan Pengelola (BP) Wehea beberapa kali telah melaksanakan pertemuan yang melibatkan langsung pihak swasta termasuk mengajak pihak swasta untuk dapat mengambil peran dalam upaya pelestarian dan pengelolaan Hutan Lindung Wehea. Hal tersebut terbukti pada tahun 2008, PT. KPC akhirnya menandatangani sebuah kerjasama dengan BP Wehea dan Lembaga Adat Wehea Desa Nehas Liah Bing untuk mendukung pengelolaan kawasan.

Ketika issue-issue lingkungan seolah menjadi "trending topic" pada beragam berita yang muncul, baik pada tingkat nasional maupun internasional, seyogyanya hal tersebut dapat menjadi sebuah pemikiran bersama, bahwa dimasa depan, pengelolaan kawasan konservasi seperti di Hutan Lindung Wehea dapat berkolaborasi dengan private sector yang ada di sekitar kawasan, dan bila hal tersebut terjadi, kolaborasi pengelolaan antara masyarakat adat, NGO's, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dan Swasta akan menjadi sebuah model menarik yang dapat ditiru dan dikembangkan pada tempat/wilayah lainnya.

Tetapi untuk mewujudkan hal tersebut tentunya bukan sebuah pekerjaan yang gampang, karena pada pihak swasta sendiri, belum semua berpikir bahwa mendukung pengelolaan kawasan konservasi seperti Hutan Lindung Wehea adalah sebuah issue yang menarik diluar core bisnis-nya.

Sebuah menarik contoh layak dikedepankan, misalnya sebuah perkebunan kelapa sawit (PT. DSN Group) di Kecamatan Muara Wahau (Wehea) yang sejak 5 tahun terakhir serius mendorong pengembangan kawasan konservasi dalam areal kebunnya dan kemudian ditindaklanjuti dengan membangun kesepakatan pengelolaan kawasan konservasi kebun bersama Lembaga Adat Dayak Wehea di Nehas Liah Bing dan juga dalam beberapa hal turut mendukung kegiatan pengelolaan kawasan Hutan Lindung Wehea. So, model semacam ini dimasa depan seyogyanya perlu diperluas dan juga diikuti oleh beberapa perusahaan lainnya, baik perusahaan perkebunan kelapa sawit maupun perusahaan pertambangan yang kelak akan beroperasi.


Upaya kolaborasi dimasa depan tentunya sangat ditunggu, dan akan menjadi sebuah praktek pengelolaan yang sangat menarik untuk dijadikan sebuah studi bagi elemen manapun, karena keberhasilan upaya konservasi hanya dapat berhasil apabila semua elemen mau untuk saling bergandengan tangan sebagai sebuah bentuk tanggung jawab bersama..........................


sumber: nuamuri.blogspot.com

flores_borneo: Kolaborasi Pengelolaan Hutan Lindung Wehea, Apa Mu...

flores_borneo: Kolaborasi Pengelolaan Hutan Lindung Wehea, Apa Mu...: Membangun Peluang Kolaborasi Hutan Lindung Wehea dengan luas mencapai 38.000 hektare tentunya menyimpan beragam kekayaan bidiversity....

Catatan Perjalanan Pembangunan Gereja Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing


Ketika Mujizat Itu Datang

Nehas Liah Bing (01/01/13)



Tidak pernah disangka dan diduga. Mujizat itu datang. Sebuah mimpi besar yang selama sekian tahun terpendam akhirnya terwujud dalam sebentuk bangunan megah berupa gereja dan pastoran yang terintegrasi dalam sebuah kompleks paroki seluas hampir 2,5 hektar.

Kembali pada sebuah pertemuan, pada suatu malam di ruang pastoran paroki yang lama, beberapa orang berkumpul untuk mendiskusikan sebuah rencana besar, sebuah rencana yang mungkin belum tentu terwujud apabila tidak ada mujizat dan campur tangan Tuhan.

Lokasi gereja akan kita pindahkan, tolong cari tahu, siapa pemilik lahan diatas sana, lokasi yang saat ini berdiri bangunan gereja dan pastoran baru. Hanya 4 hari, semuanya akhirnya terjawab.

Pasca kegagalan negoisasi yang pertama untuk pengadaan lahan pada bagian belakang lokasi lahan yang diperuntukan bagi pembangunan gereja baru sebelumnya (lokasi lama), keputusan cepat langsung diambil.

Selain karena tempat yang direncanakan sebelumnya dianggap kurang strategis karena terlalu sempit untuk perkembangan gereja kedepannya, maka Pater Thomas Sudarmoko, SVD, langsung mengambil langkah berani, dengan penuh resiko tentunya, memutuskan agar lokasi rencana pembangunan gereja dipindahkan kebagian hulu kampung Nehas Liah Bing.

Sebuah rencana yang sangat strategis tentunya. Sebuah ide sederhana tapi besar, karena apabila gereja didirikan dibagian hulu kampung, hal tersebut juga akan segera memacu munculnya pemukiman baru disana. Umat yang memiliki lahan dapat membangun rumah sekaligus menjawab rencana perluasan kampung Nehas Liah Bing sebagai pusat paroki.

Hanya membutuhkan waktu 4 hari, beberapa orang yang ditugaskan kala itu, dengan sigap dan penuh semangat akhirnya menemukan kata sepakat terutama dengan yang empunya pemilik lahan.

Saya mau melepaskan lahan itu, asalkan untuk pembangunan gereja, demikian kata seorang tokoh umat menirukan ungkapan sang pemilik lahan. Sebuah kalimat sederhana tetapi sarat makna, bahwa dengan ikhlas hati sang pemilik memberikan peluang kepada gereja terutama Pater Thomas Sudarmoko, SVD, yang juga menjabat sebagai pastor paroki untuk segera menentukan sikap atas peluang itu.

Malam itu, beberapa orang tokoh umat berkumpul bersama di pastoran lama, dan yang istimewa adalah kehadiran sang pemilik lahan.

Lahan itu tidak masalah, dan kita dapat langsung melakukan pengukuran apabila telah disepakati. Pada awalnya, perkiraan luasan lahan tersebut hanya 1 hektar, tetapi setelah melakukan pengukuran ulang menggunakan GPS, akhirnya diketahui bahwa total luasan lahan tersebut adalah 1,5 hektar, sehingga harga yang telah disepakati sebelumnya dan telah dibayarkan harus ditambahkan untuk membayar kelebihan luasan lahan tersebut. Sebuah harga yang pantas dan wajar kala itu, tetapi yang terpenting adalah keihklasan sang pemilik lahan untuk memberikan peluang bagi gereja untuk mengakuisisi lahan tersebut. Ini nilai pentingnya.

Akhirnya, malam itu telah menjadi terpatri dan turut menjadi catatan sejarah dalam perjalanan perkembangan Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, yaitu disepakati dan ditandatangani bersama antara para pihak, baik dari Pater Thomas, SVD, maupun pemilik lahan dan juga beberapa tokoh umat yang menjadi saksi.

Dengan selesainya persoalan lahan pembangunan, diikuti dengan sebuah keputusan berani dan penuh resiko (entah disetujui atau tidak), maka langkah berikutnya yang penuh tantangan adalah bagaimana mewujudkan sebuah rencana besar untuk membangun gereja paroki yang baru, yang menjadi mimpi seluruh umat paroki.

----------bersambung--------------


KOMKA Paroki Santa Maria Ratu Damai Adakan Turnamen Christmas Cup-I

Christmas Cup

Bertempat di lapangan Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, pengurus Komunitas Orang Muda Katolik (KOMKA) melaksanakan turnamen olahraga khususnya pada cabang volley ball dan futsal.

Pelaksanaan kegiatan tersebut berlangsung semarak dan dilaksanakan setiap hari Sabtu dan Minggu sejak November s/d Desember 2013 dan melibatkan 11 stasi yang berada dalam wilayah paroki.

Kegiatan tersebut langsung dibawah komando Frater Arcky, SVD, yang sedang melaksanakan tahun orientasi pastoral (TOP) di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing sejak pertengahan tahun 2013 lalu. 

Sementara itu, Pater Lucius Tumanggor, SVD, selaku Pastor Paroki mengungkapkan bahwa dengan turnamen tersebut diharapkan dapat membangun semangat persaudaraan antar sesama orang muda Katolik yang tersebar di berbagai stasi.

Kegiatan tersebut telah berakhir pada periode Desember 2013, tepatnya sebelum Perayaan Natal 2013 dan sesuai dengan penyampaian oleh Dewan Pastoral Paroki pada tanggal 19/1/14, bahwa pengumuman para pemenang dalam turnamen tersebut akan disampaikan pada tanggal 27/1/14, sehingga diharapkan agar semua anggota KOMKA dapat hadir pada saat itu.

Kegiatan tersebut diharapkan dapat menjadi agenda rutin atau agenda tahunan bagi KOMKA paroki, disamping untuk membangun semangat persaudaraan juga untuk lebih memudahkan komunikasi antar kaum muda serta para pendampingnya, sehingga harapan agar kaum muda dapat menjadi pionir dalam karya-karya pastoral dapat terwujud......

Pater Adi Manek, Pastor Rekan di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing

Menyikapi luasnya wilayah kerja dalam Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Muara Wehea, Kutai Timur, harapan agar ditambah Imam untuk membantu karya pastoral dalam wilayah paroki akhirnya terjawab.

Pada periode November 2013, sesuai dengan keputusan Provinsial SVD Jawa, akhirnya Pater Adi Manek, SVD, imam kelahiran Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur hadir ditengah umat untuk menjadi pastor rekan dalam mendampingi Pater Lucius Tumanggor, SVD di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing.

Sebelum kembali ke Indonesia, Pater Adi Manek, SVD, melaksanakan karya pastoral di Eropa, tepatnya di Polandia, Eropa Timur, negara asal almarhum Paus Yohanes Paulus II.

Kedatangan Pater Adi Manek, SVD, tentunya disambut baik oleh segenap umat, seperti dituturkan oleh Bapak Heang Tung, bahwa kehadiran pastor rekan tentu akan sedikit meringankan beban Pater Lucius Tumanggor, SVD, karena setelah berpindahkan pastor paroki sebelumnya, pelayanan pastoral yang meliputi 4 kecamatan harus dilaksanakan sendirian oleh beliau.

Keberadaan pastor rekan tentunya diharapkan pula dapat memberi warna lain dalam karya-karya pastoral sekaligus juga dapat meningkatkan intensitas pelayanan terutama bagi wilayah-wilayah paroki yang letaknya cukup jauh seperti di stasi Batu Ampar dan Mawai yang terletak di Kecamatan Batu Ampar serta yang tersebar di wilayah-wilayah perusahaan seperti di Gunta Samba dan sekitar Gunung Kudung.....

flores_borneo: Biara Susteran SSpS Nehas Liah Bing: Santa Maria R...

flores_borneo: Biara Susteran SSpS Nehas Liah Bing: Santa Maria R...: Biara Susteran SSpS Nehas Liah Bing: Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Gereja & P... : Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Ger...

flores_borneo: Biara Susteran SSpS Nehas Liah Bing, Wehea, Kutai ...

flores_borneo: Biara Susteran SSpS Nehas Liah Bing, Wehea, Kutai ...: Biara Sanctissima Trinitas Pusat Kongregasi SSpS di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing  Kecamatan Muara Wehea, Kabupaten K...

flores_borneo: Susteran SSpS Nehas Liah Bing, Kutai Timur, Kaltim...

flores_borneo: Susteran SSpS Nehas Liah Bing, Kutai Timur, Kaltim...: Suster-Suster SSpS Siap Kembangkan PG/TK di Nehas Liah Bing Pendidikan: Karya Suster SSpS berikutnya di Nehas Liah Bing Nehas Liah Bi...

Tiga Rumah Terbakar di Nehas Liah Bing

Kamis, 5 Desember 2013 23:17 WIB

SANGATTA, tribunkaltim.co.id- Kebakaran kembali terjadi di Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kamis (5/12/2013) dinihari. Tiga rumah terbakar dalam musibah tersebut.

Salah seorang warga Nehas, Chris Djoka, mengatakan kebakaran tersebut menghanguskan 3 rumah, yaitu milik Nenek Wong, Nenek Ping (Ibunda Yen Yau Ping) dan rumah Pak Yen Yau Ping.

Faktor penyebab kebakaran diperkirakan karena adanya arus pendek listrik. Kebakaran baru diketahui warga sekitar pada pukul 04.00 dinihari. Untuk sumber api, beberapa warga mengatakan berasal dari rumah Yen Yau Ping.

"Api juga menghanguskan satu unit instalasi air isi ulang dan satu unit kendaraan R4 (ranger) milik Yen Yau Ping, serta dinding rumah sebelah kanan rumah Kejuk Dek," kata Chris.

Setelah api padam, para korban untuk sementara menempati rumah-rumah penduduk disekitarnya. "Saat terjadi kebakaran, Yen Yau Ping sedang berada di Samarinda. Sedangkan istrinya, Ria,, menginap di Desa Marga Mulya," katanya.
Hingga saat ini belum diketahui berapa kerugian material akibat kebakaran tersebut. Kebakaran ini merupakan peristiwa kedua pada tahun ini. Sebelumnya medio Februari 2013 lalu kebakaran besar menghanguskan empat rumah dan satu eweang (rumah adat Wehea).

Api berhasil dipadamkan oleh warga desa yang dibantu satu unit mobil PMK milik Pemerintah Kecamatan Muara Wahau. Beberapa warga berharap, dengan musibah ini perlu segera dipikirkan untuk mengadakan mesin pemadam kebakaran, sehingga memudahkan untuk melakukan tindakan segera bila terjadi bencana serupa. (*)


Sumber: tribunnews.com

Rencana Disain Taman Gereja St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing

Keberadaan gereja St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing dimasa depan diharapkan dapat menjadi salah satu ikon wilayah tersebut sebagai perlambang kehidupan dan toleransi dari masyarakat yang beragam di wilayah Kecamatan Muara Wehea dan Kung Beang, demikian seperti diungkapkan oleh seorang tokoh umat di Nehas Liah Bing.

Dalam perjalanan pasca peresmiannya, telah dilakukan penanaman berbagai jenis pohon, mulai dari tanaman buah, tanaman kayu Kalimantan seperti Meranti, Kapur dan Ulin yang dimasa depan diperkirakan akan menjadi kayu langka selain rencana pembuatan taman yang asri disekitar kompleks gereja.

Sementara itu, sebagai pelengkap, khususnya di depan gereja, telah direncanakan sebuah taman yang juga dilengkapi dengan sebuah menara yang akan ditempatkan Patung Bunda Maria sebagai pelindung gereja dengan rencana disain yang dibantu oleh Bapak Soegeng, salah satu karyawan perusahaan yang merupakan penganut Islam.

disain taman (gambar oleh: bapak Sugeng-BEP)
Rencana pembangunan taman tersebut akan dilakukan secara bergotong-royong dan tentunya juga akan melibatkan beberapa orang tukang ahli.

Kaitannyau  dengan rencana tersebut, Pater Lucius Tumanggor, SVD, berharap bahwa pada tahun 2014 ini telah dapat diselesaikan, sehingga kehadirannya dapat mempercantik kompleks gereja tersebut sekaligus dapat menjadi icon dari Gereja Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kabupaten Kutai Timur.

Bagi rekan-rekan umat, terutama yang ingin ikut terlibat membantu atau mempersembahkan donasi untuk merealisasikan rencana tersebut, dapat langsung menghubungi Pastor Paroki atau pihak dewan paroki......

Pekan Anak Misioner di Desa Suka Maju, Kecamatan Kung Beang, Kutai Timur

417 anak ikuti Hari Anak Misioner di Desa Suka Maju

Nehas Liah Bing (5/1/14)

Sejak hari Kamis (2/1/14), ratusan anak dari 9 stasi dalam Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, berkumpul dalam suasana gembira untuk mengikuti Hari Anak Misioner yang berlangsung di Desa Suka Maju, Kecamatan Kung Beang, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim.

Pekan Anak Misioner Tahun 2014 dibuka secara  melalui Misa Kudus yang dipimpin langsung oleh pastor paroki, Pater Lucius Tumanggor, SVD di Gereja St. Fransiskus Assisi, Desa Suka Maju.

Pater Lucius Tumanggor, SVD, mengungkapkan bahwa Pekan Misioner tsb akan berlangsung selama 4 hari tersebut dipusatkan di gereja stasi St. Fransiskus Assisi, SP-5 Wahau, Desa Suka Maju, Kung Beang.

Mengusung tema "Membawa Yesus kedalam Media Sosial" memberikan pesan tersendiri bagi anak-anak sebagai calon kaum muda Katolik untuk bergiat dan berbagi pesan iman dalam ragam media sosial yang marak dewasa ini.

Mengapa tema tsb disasarkan kepada anak-anak? Pater Lucius Tumanggor, SVD, selaku pastor paroki mengungkapkan bahwa saat media sosial seolah menjadi habitus baru yang terjadi saat ini, tentu anak-anak juga menjadi sasaran empuk akan terjangan media sosial ini.

Selain itu, kami melihat bahwa teknologi saat ini seolah menjadi barang biasa bagi semua kalangan termasuk anak-anak, oleh karena itu, anak-anak perlu untuk diarahkan agar memahami bagaimana menggunakan teknologi serta media sosial secara positif tanpa mengorbankan masa anak-anak mereka, lanjut Pater Lucius.

Kegiatan yang berlangsung selama 4 hari tsb diisi dengan berbagai kegiatan, al: lomba baca kitab suci, koor, quis, dll.

Selama kegiatan berlangsung didampingi oleh Suster Ines, SsPS dari Biara Sanctissima Trinitas Nehas Liah Bing selaku pembina, juga dibantu oleh Pater Adi Manek (selaku Pastor Rekan di paroki St. Maria RD), dan Frater Arki yg sedang menjalani masa TOP di Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing.

Pelaksanaan kegiatan Pekan Misioner tahun 2014 tersebut selain bertujuan untuk membangun dan memupuk semangat misioner bagi anak-anak yg tersebar di berbagai stasi, jg bertujuan untuk membangun semangat persaudaraan bagi anak2.


Sementara itu, dalam acara penutupan dilaksanakan malam kesenian yang selain sumbangan paduan suara anak-anak, juga ditampilkan tarian tradisional dari anak-anak yang datang dari berbagai stasi serta ragam suku.

Kabar PG/TK St. Arnoldus Jansen

Perwakilan Orang Tua Siswa Lakukan Gotong Royong Penambahan Ruang Belajar

Nehas Liah  Bing (19/1/14)


Dipimpin oleh Bapak Heang Tung, beberapa orang tua dari anak-anak PG/TK Santo Arnoldus Jansen di Nehas Liah Bing melaksanakan kegiatan gotong-royong untuk penambahan ruang belajar bagi anak-anak.

Sehabis makan siang, beberapa orang tua siswa mulai melaksanakan kegiatan gorong-royong yang didampingi langsung oleh Suster Hermine, SSpS selaku kepada Biara Sanctissima Trinitas Nehas Liah Bing serta salah satu pengajar, Suster Innes, SSpS.

Sebelumnya, PG/TK St. Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing yang menggunakan sementara fasilitas bangunan gereja lama hanya memiliki 2 ruang kelas untuk kelas A dan B serta 1 kelas untuk kelompok bermain dan satu ruangan lainnya digunakan sebagai kantor.

Suster Hermine, SSpS yang saat ini juga menjadi pengajar Agama Katolik pada beberapa sekolah di Kecamatan Kung Beang mengungkapkan bahwa penambahan 2 ruang ruang tersebut akan difokuskan bagi kelompok bermain (PG) dimana 1 ruangan diperuntukan bagi kelas belajar dan 1 ruang sebagai ruang bermain.

Ditambahkan Suster Hermine, SSpS, bahwa sesuai dengan rencana tindak lanjut pasca PG/TK, kongregasi Suster SSpS di Nehas Liah Bing juga telah merencanakan untuk memulai karya pendidikan pada tingkat dasar, yaitu pengembangan Sekolah Dasar St. Arnoldus Jansen untuk menampung lulusan dari TK yang ada saat ini dan pada tahap awal, kami sepakat untuk menggunakan gedung sementara saat ini (gedung TK-gereja lama) dan akan masuk siang mulai pukul 11.00 wita dan orang tua siswa yang rencananya akan memasukan anak-anaknya ke sekolah tersebut juga telah sepakat.

Dimasa depan, rencananya akan dibangun sekolah di kompleks susteran SSpS Nehas Liah Bing, yaitu di RT-11 yang lokasinya berdekatan dengan Gereja Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing serta jalan poros Wehea yang menghubungkan beberapa desa di Sungai Wehea dan Telen.

Untuk mewujudnyatakan rencana tersebut, Suster Hermine, SSpS selaku kepala biara dan juga penanggungjawab rencana tersebut mengungkapkan bahwa pada saat ini memang masih dalam rencana karena keterbatasan dana yang mereka miliki, tetapi kami akan tetap berupaya selangkah demi selangkah dalam melaksanakan pengembangan karya pendidikan di wilayah ini sekaligus untuk menjawab minimnya pendidikan berkualitas di wilayah ini sambil berharap kiranya ada pihak lain yang ingin terlibat untuk menjadi donatur dalam mewujudkan rencana tersebut.


Note:
Bagi para pihak yang ingin terlibat dan berperan atau ingin menjadi donatur dari rencana tersebut dapat mengirimkan informasi melalui email atau dapat mengunjungi blog kami dibawah ini.