Minggu, 23 Februari 2014

Gereja Katolik Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing dan Pelestarian Orang Utan

Pater Lucius Tumanggor, SVD, Selamatkan Orang Utan


Tiba-tiba, telepon seluler ini berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari Sekretaris DPP Santa Maria Ratu Damai. Informasinya, ada satwa langka Orang Utan (Pongo pigmaeus) ditangkap oleh salah satu warga Suku Dayak Wehea di Desa Long Wehea, 2 km dari Pusat Paroki di Nehas Liah Bing.

Sebelumnya, seorang aktivis lingkungan dari The Nature Conservancy juga menyampaikan hal serupa, dan menyerukan tindakan penyelamatan atas satwa tersebut, yang dikhawatirkan apabila satwa tersebut mati dibunuh atau mati karena mengalami stress setelah tertangkap.

Kabar tersebut datang disaat Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai (Pater Lucius Tumanggor, SVD) bersama Pastor Rekan (Pater Adi Manek, SVD) sedang sibuk melakukan pelayanan saat Hari Raya Natal, baik di Gereja Paroki maupun di stasi-stasi yang tersebar di 4 Kecamatan (Muara Wehea, Kung Beang, Telen dan Batu Ampar).

Tetapi disela kesibukan yang luar biasa, Pater Lucius Tumanggor, SVD, bersama Sekretaris Dewan Pastoral Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing langsung mengambil tindakan dengan menghubungi warga Desa Long Wehea agar menyerahkan kepada pihak berwenang.

Hadiah Natal

Seolah menjadi berkah dan hadiah Natal 2013, akhirnya, warga yang menangkap Orang Utan tersebut dengan penuh kesadaran menyerahkan satwa tersebut, tetapi karena tidak tahu harus menyerahkan kemana, mereka menyerahkannya kepada Gereja Santa Maria Ratu Damai, ungkap Pater Lucius, SVD.

Tindakan tersebut apabila dilihat dari regulasi yang ada sebenarnya sangat riskan. Tetapi sesuai dengan Misi Gereja Katolik untuk bersama para pihak turut terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, akhirnya satwa tersebut diterima langsung oleh Pastor Paroki dan ditempatkan pada sebuah kandang di bagian belakang pastoran.

Penyerahan Orang Utan

Sambil mengupayakan tindakan penyelamatan Orang Utan tersebut, Pater Lucius Tumanggor, SVD, langsung mengambil langkah nyata dengan menghubungi pihak-pihak yang terkait dengan upaya penyelamatan satwa langkah tersebut, diantaranya adalah The Nature Conservancy (TNC) dan RHOI (Reforestasi Hutan untuk Orang Utan Indonesia) dan kebetulan kedua lembaga tersebut juga bekerja bersama masyarakat Dayak Wehea dalam rangka pelestarian Hutan Lindung Wehea (TNC) dan Hutan Kehje Sewen (RHOI).

Akhirnya, staff RHOI yang pada saat itu sedang menjalani cuti langsung meminta Pater Lucius, SVD, untuk menghubungi pihak BOS-F (Borneo Orang Utan Survival), sehingga akhirnya team dari BOSF dari Samboja langsung meluncur menuju Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kabupaten Kutai Timur dan langsung melakukan upaya penyelamatan dan mengirimkan ke pusat rehabilitasi Orang Utan di Samboja, Balikpapan.
Umat Gotong-Royong Bangun Taman Gereja

Minggu (22/2/14)


Saatnya melakukan penataan, demikian ungkap seorang umat Paroki Santa Maria Ratu pada awal Januari 2014.


Setelah aksi tanam pohon yang telah dilakukan beberapa waktu lalu, kini beberapa umat secara swadaya melakukan pembuatan taman gereja di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing.

Taman yang dibangun khusus tepat pada bagian depan gereja tersebut kedepan akan menjadi icon Gereja Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kabupaten Kutai Timur.

Sesuai dengan design teknis, taman gereja tersebut akan dilengkapi dengan kolam air mancur dan ditengahnya akan dibangun menara patung Bunda Maria, yang merupakan sumbangan dari salah seorang umat dari Jakarta.

Pada saat ini, tahapan panggalian kolam dan tempat pemancangan fondasi menara telah selesai dikerjakan, dan direncanakan akan mulai dilakukan pengecoran pada awal Maret 2014.

Pengerjaan taman gereja tersebut akan dilaksanakan secara swadaya hingga selesainya nanti, dan bagi umat yang ingin menyumbangkan tenaga, pikiran dan atau dana agar dapat menghubungi Pastor Paroki setempat, dan sesuai dengan misi gereja untuk selalu mengedepankan transparansi, bahwa setiap sumbangan atau persembahan umat untuk mensukseskan pembuatan taman gereja tersebut akan disampaikan kembali melalui laporan DPP Santa Maria Ratu Damai secara berkala.


Semoga upaya tersebut dapat menjadi langkah bagi untuk secara terus menerus mendorong upaya menuju Gereja Mandiri……………

Pernikahan Pasangan Martinus Yafet dan Felisitas Berti

Pernikahan Dalam Balutan Budaya Ende Lio di Gereja Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Wehea, Kutai Timur

Minggu (23/2/14)


Bertempat di Gereja Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing dilangsungkan Penerimaan Sakramen Pernikahan bagi pasangan Martinus Yafet dan Felisitas Berti, tepat pada Valentine Day (Jumat, 14/2/14).

Yafet dan Berti
Kedua pasangan tersebut telah lama menjalin hubungan dan secara kebetulan juga bekerja pada sebuah perusahaan yang sama, tepatnya di PT. DSN Group, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Kecamatan Muara Wehea, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Yafet dan Berti
Sesuai dengan seruan Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Pater Lucius Tumanggor, SVD, setiap upacara penerimaan Sakramen Pernikahan di Gereja Paroki, pasangan yang menikah dianjurkan untuk mengenakan pakaian tradisional sesuai dengan asal mereka. 
kedua orang tua Berti
Menurut Pater Lucius, bahwa anjuran tersebut bukannya tanpa alasan, karena dengan mengenakan pakaian tradisional dari daerah asalnya, mereka dapat belajar untuk memahami budayanya, disamping itu, dengan mengenakan pakaian tradisionalnya, mereka juga secara tidak langsung memelihara dan mengupayakan pelestarian budayanya, karena pakaian tradisional tidak terpisahkan dari eksistensi budaya masyarakat yang ada di Indonesia.

Orang Tua dari Martinus Yafet
Sebelumnya, kedua pasangan tersebut berniat untuk mengenakan pakaian pengantin bergaya Eropa, tetapi tidak disetujui oleh Pastor Paroki dan akhirnya dalam acara Pemberkatan Nikah yang dilangsungkan pada Jumat (14/2/14) tersebut pasangan tersebut mengenakan pakaian tradisional mereka.
Yafet dan Berti
Dalam balutan pakaian tradisionalnya, nuansa budaya daerah sangat terasa kala upacara pemberkatan tersebut dan hal ini diikuti pula oleh seluruh keluarga besar dari kedua pasangan tersebut yang kebetulan pula berasal dari kabupaten yang sama, yaitu Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

Dalam Balutan Pakaian Khas Lio-Ende
Layaknya kita berada di Flores, demikian diungkapkan oleh Teisen, kakak kandung dari Martinus Yafet yang saat ini berdomisili di Kabupaten Kutai Barat dan beristrikan seorang wanita dari Suku Dayak Tunjung.

Yafet dan Berti
Misa Penerimaan Sakramen Pernikahan yang penuh dengan balutan tradisional khas Suku Lio-Ende, Flores, NTT sungguh terasa dan memberikan nuansa tersendiri dan seolah membawa siapapun yang berasal dari daerah yang sama untuk merindukan kembali ke kampung halamannya. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh seorang umat yang hadir, bahwa melihat suasana yang penuh nuansa kedaerahan seperti ini, dia seolah terbawa dan merasa berada di kampung halamannya tercinta. Luar Biasa.

Yafet dan Berti didampingi orang tua saksi, Bapak Yosef Tote dan Istri
Anjuran oleh Pater Lucius Tumanggor, SVD, ternyata sangat tepat. Umat diajak kembali untuk mengingat akarnya, asal-usulnya, dan dipanggil secara tidak langsung untuk melestarikan budayanya, karena hal tersebut juga sesuai dengan misi gereja untuk secara bersama melestarikan budaya dari beragam suku yang ada di negeri ini.
Keluarga Mempelai
Semoga ini menjadi pertanda baik, sehingga para seniwati yang berperan besar dalam melahirkan karya-karya indah dalam bentuk kain tenunan yang ada di berbagai daerah di negeri ini tidak punah karena generasi penerus mereka tidak lupa akan akar dan asal-usulnya.

Pater Lucius Tumanggor, SVD menerimakan Sakramen Pernikahan bagi Yafet dan Berti
Akhirnya, selamat menempuh hidup baru bagi saudara Martinus Yafet dan Felisitas Berti, semoga  tetap memegang teguh kaul nikah sucinya karena "Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak diceraikan oleh manusia".........

Meriahnya Misa Pelantikan Dewan Stasi Reinha Rosari Makmur Jaya

Resmi, Pengurus Dewan Pastoral Stasi Santa Reinha Rosari Dilantik.

Minggu (23/2/14)


Sekitar pukul 8.30 wita pagi, ratusan umat telah berbondong-bondong menuju Gereja Reinha Rosari di SP-3 Wehea, Desa Makmur Jaya, Kecamatan Kung Beang, Kutai Timur.

Gereja Stasi Santa Reinha Rosari, Desa Makmur Jaya, Kung Beng
Seolah sedang berada di Nusa Tenggara Timur, begitulah ungkapan seorang sahabat ketika mengikuti sebuah acara pada tanggal 14 Pebruari 2014 saat melihat umat yang menghadiri perayaan Misa itu penuh dalam balutan budaya dari daerah asalnya. Demikian pula kali ini, dalam Misa Suci yang dilaksanakan di Gereja Reinha Rosari, Makmur Jaya.
Pengurus DPS sedang mengikrarkan janji suci untuk melaksanakan tugas perutusan
Tepat pukul 10.00 wita, ratusan umat telah memenuhi gereja itu. Gedung gereja yang tidak terlalu besar penuh sesak dengan umat yang berdatangan, baik dari Stasi Reinha Rosari, Desa Makmur Jaya, maupun umat yang berasal dari beberapa perkebunan kelapa sawit di sekitarnya.
Dipimpin oleh Pater Lucius Tumanggor, SVD, Pastor muda yang sangat energik yang juga selalu meneriakan keadilan dan kesetaraan tersebut, umat khusuk menyatu dalam Ekaristi Kudus hari itu.

Pengurus DPS Reinha Rosari Makmur Jaya, Kung Beang
Dalam pengantarnya, Pater Lucius Tumanggor, SVD, mengungkapkan tentang Injil hari ini, mengajak kita untuk memahami nilai-nilai yang diajarkan oleh Yesus Sang Juruselamat. Tidak mudah menjadi seorang pengikut Kristus dan juga tidak muda menjadi seorang Katolik.
SK Pastor Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Muara Wehea, Kutai Timur
Sementara itu, bersamaan dengan perayaan Ekaristi Kudus juga akan dilaksanakan pelantikan kepada para pengurus Dewan Pastoral Stasi (DPS) yang terpilih dan akan menunaikan masa tugasnya selama 3 tahun kedepan, yaitu tahun 2014 s/d 2017.

Bapak Osias, Ketua Panitia Pelantikan dan Pengurus DPS
Tampak 3 kursi panjang pada deretan depan, para pengurus DPS khusuk dalam doa demi menyiapkan diri untuk menyambut tugas baru, tugas yang terkadang sangat mudah dan gampang diucapkan tetapi tidak mudah dalam pelaksanaannya, ditengah arus globalisasi dan perubahan yang semakin pesat, disamping stasi tersebut, seperti halnya dengan beberapa stasi di Kecamatan Muara Wahau dan Kung Beang merupakan wilayah migran dengan arus keluar masuk penduduk yang juga sangat tinggi.
Siang Geah, Sekretaris DPP St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Muara Wehea, Kutai Timur
Akhirnya, saat yang dinantikan pun tiba saat Pater Lucius Tumanggor, SVD, memanggil para pengurus DPS terpilih untuk maju kedepan altar dalam rangka mengucapkan janji suci yang akan menjadi awal dalam melaksanakan tugas pelayanan pastoral di Stasi Reinha Rosari.

Bapak Gabriel Manek, Ketua DPS Reinha Rosari Th. 2014-2017
Sebelum pengucapan janji suci, Sekretaris Dewan Pastoran Paroki (DPP), Bapak Siang Geah membacakan SK Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing Nomor 239/SMRD-NLB/II/2014 tentang Pangangkatan Dewan Pengurus Stasi Santa Reinha Rosari SP-3 Wehea, Desa Makmur Jaya, Kecamatan Kung Beang, Kabupaten Kutai Timur yang menetapkan 21 Pengurus DPS St. Reinha Rosari dengan ketuanya adalah Bapak Gabriel Manek.
Susunan Pengurus DPS Reinha Rosari
Janji sucipun diikrarkan, sebuah langkah baru siap dikayuh, pertanda tugas perutusanpun diemban hingga selesainya acara pelantikan yang diakhiri dengan penyerahan beberapa dokumen stasi oleh Pater Lucius Tumanggor, SVD, selaku pastor paroki kepada Bapak Gabriel Manek sang ketua DPS Reinha Rosari yang baru.

Koor Reinha Rosari....Luar Biasa...
Diakhir acara, sebelum berkat perutusan, beberapa rokoh dan pengurus baru menyampaikan sambutan yang diawali oleh Bapak Osias, sesepuh umat Katolik di Stasi Reinha Rosari SP-3 Wehea, Desa Makmur Jaya, Kecamatan Kung Beang.

Umat Stasi Reinha Rosari dalam balutan busana tradisional Ende dan Maumere
Dalam sambutannya, Bapak Osias yang juga terpilih sebagai salah satu pengurus DPS mengungkapkan harapannya kepada seluruh umat untuk dapat bekerjasama dengan para pengurus DPS di Stasi Reinha Rosari, demi melaksanakan misi perutusan. DPS merupakan perpanjangan tangan dari DPP yang berpusat di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, dan sesuai dengan langkah-langkah strategis yang harus diambil, diungkapkan Bapak Osias bahwa para pengurus baru akan melanjutkan langkah-langkah perubahan sekaligus mengharapkan dukungan dari seluruh umat dan juga DPP dan Pastor Paroki.

Pengurus DPS Reinha Rosari
Apa yang telah kami lakukan selama 2 tahun ini semuanya telah dilakukan melalui musyawarah dalam kepengurusan yang ada, dan kepada Pastor Paroki, Bapak Osias menyampaikan bahwa, pengurus DPS saat ini hanya dapat melaporkan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan maupun yang telah direncanakan terutama selama 2 tahun terakhir dan untuk laporan sebelumnya merupakan tanggung jawab dari pengurus sebelumnya.

Sementara itu, pada lanjutan acara sambutan, Ketua DPS Reinha Rosari, Bapak Gambriel Manek secara tegas menyampaikan beberapa langkah strategis yang akan dilaksanakan oleh DPS Stasi Reinha Rosari, antara lain: 1) menuntaskan persoalan status perkawinan umat dalam stasi yang mungkin masih bermasalah melalui program nikah massal; 2) melanjutkan rencana penyelesaian pembangunan gereja.

Oleh karena itu, sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan oleh para pengurus baru ini, kami sangat mengharapkan kerjasama dan dukungan dari seluruh umat Katolik di Stasi Reinha Rosari untuk bersama-sama dengan pengurus baru melakukan langkah penataan agar kelak dapat melaksanakan segala tugas pastoral stasi dengan baik dan lancar.
Pater Lucius Tumanggor, SVD, Pastor Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing

Pasca sambutan Ketua DPS Reinha Rosari, Misa Kudus yang dilaksanakan dan sekaligus dalam rangka melantik para pengurus DPS terpilih berlangsung sangat meriah dan kemudian diakhiri dengan Berkat Pengutusan oleh Pater Lucius Tumanggor, SVD sambil menyerukan agar umat dapat bersatu padu untuk menjalankan misi peruntusan ditengah perkembangan yang terjadi saat ini dan dimasa depan. 

Setelah selesainya Misa Kudus, acarapun dilanjutkan dengan ramah tamah sederhana yang dilaksanakan di samping Gereja Reinha Rosari dan diikuti oleh seluruh umat.

Menurut Bapak Osias, acara ramah tamah tersebut sengaja disiapkan oleh seluruh umat dan karena ini adalah pesta seluruh umat, maka seluruh gabungan pun terlibat aktif termasuk dalam pendanaan untuk acara tersebut.

Akhirnya, setelah mengalami stagnasi selama hampir 2 tahun, dan ditengah terpaan ombak yang terus mengganas seiring perkembangan zaman yang semakin pesat, Pengurus DPS Stasi St. Reinha Rosari pun dilantik dan siap untuk melangkah dalam menunaikan segala tugas perutusan dengan beragam tantangannya. Selamat kepada seluruh pengurus DPS Stasi Reinha Rosari, semoga tetap semangat dalam mengemban tugas pastoral stasi...............