terletak di pedalamanan kalimantan timur, selalu setia untuk membawa kabar gembira serta pesan kasih dan perdamaian bagi dunia
Rabu, 08 Mei 2013
Selasa, 07 Mei 2013
Suster Louis, SSpS Menuju Tanah Misi Baru
Suster Perintis itu akhirnya Menuju Tanah Misi Baru
Nehas Liah Bing (8/5/3)
Bertempat di Pastoran Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kutai Timur, Kalimantan Timur, Suster Louis, SSpS yang akrab disapa Nenek, akhirnya mengucapkan salam perpisahan kepada segenap umat di Nehas Liah Bing.
Puluhan umat dari beberapa stasi mengukuti acara ramah tamah sekaligus perpisahan bersama Suster Louis, SSpS, yang juga dihadiri oleh Suster Hermine, SSpS, sebagai kepala biara Sanctisima Trinitas Nehas Liah Bing.
Suster Louis, SSpS, yang pada akhir dari acara perpisahan tersebut mengungkapkan kesan dan pengalaman pelayannya selama di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing. Saya tidak tahu harus bicara apa lagi, saya hanya bisa menyampaikan terima kasih yang luar biasa kepada seluruh umat, sejak awal kami disini pada tanggal 29 Mei 2009, kami diterima disini secara adat Suku Dayak Wehea, kami diterima dan diikat sebagai saudara disini.
Ditambahkan Suster Louis, SSpS, bahwa sejalan dengan permintaan dari Bapak Uskup Agung Samarinda, beliau menyampaikan kepada kami pada saat itu, suster, tolong ingat dan bantu komunitas saya, orang-orang Dayak (Wehea) disana, bantu mereka dan bangun mereka. Sebuah pesan sederhana dari Sang Gembala, Yang Mulia Mgr. Florentinus Sului, MSF, pada saat itu menjadi pelecut bagi kami untuk maksimal melayani umat di paroki ini.
Selama dalam pelayanan disini, saya sering merepotkan para ibu-ibu yang terkadang saya minta untuk mengantarkan saya kemana-mana untuk menemui umat yang tersebar di beberapa stasi, bersama-sama dengan kaum jompo dan lainnya untuk membawa mereka agar semakin mengenal sang gembala abadi, mengenal Yesus.
Pada awal karya, kami menempati rumah kontrakan yang sebenarnya sangat tidak aman, karena beberapa kali kami diganggu, bahkan pernah rumah biara dilempar batu oleh orang-orang yang mungkin sedang mabuk. Pada saat itu hanya ada Suster Martha, SSpS, sendirian di biara, dia menangis entah harus berbuat apa, tetapi sebuah ucapan syukur bahwa kami tidak sendiri, karena kami juga sangat sering dikunjungi oleh umat yang datang berkunjung ke biara.
Kini, setelah hampir 3 tahun sebelumnya menempati rumah kontrakan, akhirnya berkat Tuhan, bahwa kami kemudian menempati rumah Biara yang baru, yang walalupun sepi dipinggir hutan, kami merasa sangat tenang, karena kami merasa diperhatikan oleh seluruh umat. Dan sejak awal, kami sama sekali tidak merasa asing disini, tutur Suster Louis, SSpS.
Sebuah pengalaman luar biasa juga sempat diceritakan Suster Louis, SSpS, saat bertugas pada sebuah paroki di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Saya menangis, saat Misa hari minggu, hanya sedikit atau segelintir umat saja yang hadir. Kemana mereka? Tanya saya pada saat itu kepada Pastor Paroki. Saya yang baru bertugas di paroki itu pada saat itu akhirnya diserahi tugas mulia oleh Pastor. Baiklah, besok Suster keliling untuk mencari umat. Sebuah pengalaman luar biasa, kami harus masuk keluar hutan, menyeberangi sungai, demi mencari domba-domba yang hilang, ungkap Suster Louis.
Sebuah semangat persaudaraan, baik didalam komunitas maupun dengan seluruh umat telah menghantarkan langkah kaki saya hingga disini, dan sebentar lagi akan menuju ke tanah misi yang baru. Saya yakin, bahwa saya tidak berbuat sesuatu disini, tetapi saya percaya bahwa Yesuslah yang berkarya, Dia-lah yang bekerja, saya hanya sebagai alat yang digunakan Tuhan untuk melayani domba-domba, melayani umat yang tersebar di paroki ini.
Pada akhir pesannya, Suster Louis, SSpS berharap agar karya yang telah dimulai ditempat ini dapat diteruskan, termasuk beberapa rencana yang telah disusun bersama, dan tidak lupa juga meminta maaf kepada seluruh umat, mungkin kehadiran saya ada yang tidak berkenan, atau mungkin saya pernah salah pada umat, saya mohon maaf, dan mohon doa dari umat agar saya selalu kuat menuju tanah misi yang baru, serta tolong sampaikan salam saya kepada umat lainnya yang mungkin tidak sempat bertemu muka dengan mereka.
Suster Louis, SSpS, seorang suster yang kini mulai menapaki usia senjanya, tetap semangat untuk melanjutkan karya, mengikuti jejak Sang Gembala, untuk meretas jalan ditanah misi yang baru, untuk kembali dalam sebuah perutusan, mencari domba-domba yang tersesat dan hilang.
Semoga terus berkarya suster, dan semoga selalu dalam Lindungan-NYA.
Langganan:
Postingan (Atom)