Ride for Borneo Disambut Secara Adat Dayak Wehea dan Pemberkatan Oleh Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai
Nehas Liah Bing
Kabar Paroki
Selasa
(06/05/14)
Bertempat
di Kompleks Gereja Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Wehea, Kutai Timur,
Kaltim, dilakukan penyambutan secara adat Dayak Wehea kepada tujuh orang
aktivis Pro Fauna yang sedang melakukan kampanye Ride for Borneo di Kalimantan
Timur pada Selasa (06/04/14).
Ride for Borneo 2014 |
Selain
ritual penyambutan, juga dilakukan kepada para aktivis tersebut untuk
melanjutkan perjalanan menuju Kawasan Hutan yang dikelola oleh PT. RHOI yang
berkolaborasi dengan masyarakat Dayak Wehea, juga dilakukan pemberkatan oleh
Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Pater Lucius Tumanggor,
SVD.
Diskusi di Pastoran Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing_Wehea, Kaltim |
Sebelumnya,
menurut Siang Geah yang pertama bertemu, kedatangan para aktivis Pro Fauna
dalam program Ride for Borneo kali ini direncanakan tidak akan lama atau hanya
akan berada di Wehea selama kurang lebih dua hari yang kemudian melanjutkan
perjalanan ke wilayah Kabupaten Berau setelah kembali dari Hutan Lindung Wehea.
Ledjie Taq didampingi Pater Lucius Tumanggor, SVD, saat diskusi dengan Aktivis Pro Fauna (Ride for Borneo 2014) |
Ritual Adat Wehea, menyambut aktivis Pro Fauna (Ride for Borneo-2014) |
Sementara
itu, Tatang, Koordinator Program RHOI di Wehea meneruskan apa yang diungkapkan
oleh para aktivis Pro Fauna, bahwa mereka sangat terharu karena selama
perjalanan mereka baru di Komunitas Dayak Wehea mereka disambut secara adat
oleh masyarakat Suku Dayak Wehea yang diwakili oleh Bapak Ledjie Taq, Kepala
Adat Dayak Wehea Desa Nehas Liah Bing serta Bapak Yunta, Kepala Desa Diaq Lay,
Kecamatan Muara Wehea, Kutai Timur dan juga secara agama.
Ritual Adat Wehea, menyambut aktivis Pro Fauna (Ride for Borneo-2014) |
Pater
Lucius Tumanggor, SVD, dalam sebuah diskusi di Pastoran Paroki Santa Maria Ratu
Damai Nehas Liah Bing menyampaikan dukungannya pada kegiatan Ride for Borneo
sembari berharap dimasa depan Pro Fauna juga dapat melakukan kegitannya di
wilayah Wehea tentunya dengan berkolaborasi bersama masyarakat adat Dayak Wehea
dan beberapa elemen lain yang telah bekerja untuk upaya pemberdayaan masyarakat
serta pelestarian lingkungan hidup.
Mbak Made (Pro Fauna) saat dikenakan Gelang Merah oleh istri Kepala Adat Wehea Nehas Liah Bing |
Gereja
Katolik dalam hal ini seperti di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing
dengan tangan terbuka menerima dan menyambut kedatangan para aktivis dari Pro
Fauna dalam kampanye Ride for Borneo tersebut dan apa yang mereka lakukan saya
melihat sangat sejalan dengan misi Gereja Katolik untuk terus menyuarakan
keadilan dan perdamaian serta turut terlibat secara langsung dalam upaya-upaya
pelestarian lingkungan hidup, salah satunya seperti yang ada dalam masyarakat
adat Dayak Wehea, tambah Pater Lucius Tumanggor, SVD.
Bang Rosek dikenakan Gelang Merah Khas Suku Dayak Wehea oleh Ibu Lenyiei |
Pada
kesempatan yang sama, Ledjie Taq, Kepala Adat Dayak Wehea Desa Nehas Liah Bing
yang pernah mendapatkan penghargaan Satya Lencana serta mewakili masyarakat
Dayak Wehea untuk menerima penghargaan Kalpataru atas pengelolaan Hutan Lindung
Wehea menjelaskan kepada para aktivis Pro Fauna sebelum melaksanakan ritual
pelepasan bahwa sebenarnya yang dilakukan nanti boleh dikatakan sebagai sebuah
ritual penyambutan, karena saat awal datang, kawan-kawan belum disambut secara
adat.
Pemasangan gelang manik kepada aktivis Pro Fauna sebelum berangkat sekaligus mengangkat sebagai Sahabat WEHEA |
Pada
malam sebelumnya, bersama Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai, Ledjie Taq
bersama beberapa tokoh masyarakat Desa Nehas Liah Bing melaksanakan pertemuan
kecil untuk pelaksanaan ritual pada keesokan hari dan disepakati sesuai dengan
informasi yang diterima bahwa ritual adat akan dilaksanakan pada pukul 07.30 Wita
dan kemudian ditunjuk Bapak Musa Ba dan Bapak Bit Tot untuk mempersiapkan
Telkeak sebagai salah satu bagian penting dalam ritual tersebut yang sekaligus
juga akan dilakukan pemasangan gelang merah bagi seluruh crew Ride for Borneo.
Doa dan Pemberkatan oleh Pater Lucius Tumanggor, SVD kepada seluruh aktivis Pro Fauna |
Tepat
pukul 08.00, ditengah pancaran mentari pagi, seluruh aktivis Pro Fauna berdiri
berjajar diatas sebuah tikar rotan yang khusus disiapkan menghadapi sebuah
Telkeak dari bamboo yang dihiasi untaian pengsut, yaitu semacam rautan dari
kayu.
Doa dan Pemberkatan kepada aktivis Pro Fauna dari Pater Lucius Tumanggor, SVD, Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kutai Timur, Kaltim |
Dipimpin
oleh Ledjie Taq, ritual pun dimulai dengan membacakan mantra untuk memohon
kepada para dewa pelindung kampung serta para leluhur masyarakat adat Dayak
Wehea dari Nehas Liah Bing, Dea Beq, Diaq Lay, Bea Nehas, Long Wehea dan Diaq
Leway, agar menyertai perjalanan dari para aktivis lingkungan tersebut ke
tempat tujuan dan selanjutnya ditempatkan sebuah telur ayam kampung pada
Telkeak serta dilakukan pemotongan seekor anak ayam dan kemudian darahnya
dicerakan pada dahi seluruh angora rombongan.
Aktivis Pro Fauna bersama Lembaga Adat Dayak Wehea, Kepala Desa Diaq Lay serta tokoh masyarakat dan Ranger's Hutan Lindung Wehea serta RHOI |
Setelah
selesainya ritual awal, kemudian didampingi oleh Ibu Musa Ba, Ibu Lenyiei
(istri dari Ledjie Taq) kemudian melakukan pemasangan gelang merah kepada
seluruh peserta sebelum melanjutkan perjalanan. Ledjie Taq, dalam penjelasannya
mengungkkan bahwa pemasangan gelang tersebut dalam tradisi Suku Dayak Wehea
selalu diberikan kepada orang-orang Wehea yang akan pergi ke dalam hutan, atau
pada saat akan membuka ladang baru dan secara khusus pada ritual yang dilaksanakan
tersebut, dengan pemasangan gelang merah, seluruh aktivis Pro Fauna telah
disambut secara adat dalam tradisi Wehea sekaligus menjadi sahabat bagi
masyarakat adat Wehea, demikian ungkap Ledjie Taq.
Ride for Borneo 2014 menuju Hutan Lindung Wehea Tlan-Long Suh |
Pasca
ritual adat dan pemberkatan secara agama Katolik, akhirnya seluruh aktivis Pro
Fauna berangkat menuju Hutan Lindung Wehea Tlan-Long Suh, yaitu sebuah kawasan
pelepasliaran Orang Utan yang dikelola oleh PT. RHOI dengan menggunakan 3 buah
trail dan 1 unit kendaraan 4WD milik RHOI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar