P. Remy (duduk) bersama umat SP-5 wahau |
Diawali dari sebuah mimpi, untuk mendukung karya sosial gereja di wilayah paroki, diperlukan sumberdaya lain, selain para pihak yang telah ada sebelumnya. Demikian diungkapkan oleh Alm. Pater Remigius Ukat, SVD, suatu ketika di tahun 2006.
Mengapa ? Hal ini dikarenakan wilayah paroki yang cukup luas dan mencakup 4 kecamatan yang terdiri dari 15 stasi dan beberapa rencana stasi lainnya, membuat pelayanan karya pastoral menjadi sangat terbatas, ukar Alm. P. Remigius Ukat, SVD.
Hal paling memungkinkan adalah dengan menjajagi kemungkinan masuknya sebuah kongregasi (suster) untuk turut terlibat dan mendukung karya pastoral di wilayah paroki.
mengajukan usulan kepada Bapa Uskup Keuskupan Agung Samarinda yang seterusnya dilanjutkan ke Kongregasi SSpS Provinsial Kalimantan yang berpusat di Palangkaraya, dan oleh ProvKal, usulan disampaikan ke Pusat Kongregasi SSpS yang berpusat di Roma, Italia.
Berbagai upaya yang dilakukan, akhirnya berbuah manis, ketika Kongregasi SSpS Provinsial Kalimantan, mengutus beberapa orang suster untuk menjajagi kemungkinan dibukanya komunitas baru di Paroki St. Maria Ratu Damai.
Sr. Hermine (paling kiri-putih) & Sr. Louis (putih) |
Kedatangan utusan Kongregasi SSpS secara berkala sejak tahun 2008 hingga 2009, untuk menjajagi dibukanya komunitas SSpS di wilayah ini akhirnya terjawab, seiring keluarnya keputusan pembentukan Komunitas SSpS Sanctisima Trinitas di Nehas Liah Bing yang juga merupakan pusat paroki.
Akhirnya, pada tanggal 30 Mei 2009, Komunitas Suster SSpS Sanctisima Trinitas secara resmi dibuka di Nehas Liah Bing melalui Perayaan Misa yang dihadiri hampir seribuan umat dan Perayaan Misa langsung dipimpin oleh Uskup Agung Samarinda, Mgr. Sului Florentinus, MSF, dan didampingi juga oleh beberapa orang pastor, al : Pater Alo Baha, SVD (Tenggarong) dan Pater Yonas (Palangkaraya).
Hadir kala itu, para Suster SSpS dari Palangkaraya dan Tenggarong sebanyak 8 orang. Sukacita mendalam tentunya bagi Paroki Santa Maria Ratu Damai, karena dari sebelumnya hanya berupa mimpi, telah menjadi kenyataan, dan yang paling utama adalah bahwa doa-doa agar para suster dapat berkarya di paroki telah terjawab.
Sr. Reneldis (kiri) & Pastor Yonas & rekan suster |
Puji Tuhan, dengan dibukanya secara resmi komunitas SSpS di Nehas Liah Bing, ditempatkan pula 3 orang suster untuk melaksanakan misi pertama (2209), yaitu Suster Louis Maria, SSpS, Suster Venny, SSpS (telah pindah), dan Suster Reneldis, SSpS, yang selanjutnya pada akhir 2009, kembali mendapatkan suntikan tenaga baru, yaitu Suster Bernadeta, SSpS (telah pindah), kemudian di tahun 2010, kembali kedatangan 2 orang suster, yaitu Suster Angela, SSpS (telah pindah), serta Suster Hermine, SSpS.
Berbagai karya sosial dan pastoral sebagai inti dan kegiatan utama langsung dilaksanakan pasca pembukaan dan peresmian komunitas SSpS di Nehas Liah Bing. Selain itu, untuk memenuhi dahaga para siswa akan keberadaan para pengajar Agama Katholik di beberapa sekolah yang ada di sekitar Muara Wehea & Kung Beang, para suster juga bergerak di sektor pendidikan dengan menjadi pengajar agama, diantaranya di SMK Islam HM (Kung Beang), SMKN I Muara Wehea, dan SMPN I Kung Beang, yang dilakukan oleh Suster Reneldis, SSpS dan Suster Hermine, SSpS.
Harapan untuk menjangkau sekolah-sekolah lainnya, khususnya di SMPN I dan SMUN I Muara Wehea hingga saat ini masih terkendala dan belum terlaksana dengan alasan yang tidak jelas, walaupun upaya untuk mendadakan pengajar Agama Katholik telah pula diinisiasi oleh Pater Remigius Ukat, SVD (alm). Menurut bebapa umat Katholik, ketiadaan pengajar Agama Katholik di 2 sekolah tersebut diatas lebih disebabkan oleh kebijakan internal sekolah (bukan oleh Diknas Kutai Timur), yang ‘sengaja tidak mau’ karena mereka beranggapan bahwa pendidikan agama (Protestan & Katholik) adalah sama dan satu. Pemikiran semacam ini adalah sebuah pemikiran yang salah dan tidak bertanggungjawab, dan seolah-oleh tidak mengakui keberadaan para siswa Katholik di 2 sekolah tersebut.
Kembali kepada pelayanan sosial dan pastoral oleh para Suster SSpS di Nehas Liah Bing, pada periode April 2011, komunitas kembali kedatangan ”tamu” suster lainnya, yaitu Suster Yustin, SSpS (membantu karya pastoral di pusat paroki selama 5 bulan) sebelum melanjutkan tugas di wilayah mis (komunitas) baru di Mensalong, ibukota Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan.
Kini, karya pastoral oleh para Suster SSpS Komunitas Sanctisima Trinitas terus berkembang, walaupun pada saat ini, masih menyewa sebuah bangunan (rumah warga) sebagai Pusat Biara SSpS.
Suster-Suster SSpS di Prov_Kal. |
Sementara itu, untuk mendukung karya-karya pastoral di masa depan, sebuah langkah strategis lainnya diambil, yaitu bersama pastor paroki sebelumnya (P. Remigius Ukat, SVD) membeli sebidang tanah seluas 2 hektar untuk menjadi tempat dan pusat kegiatan SSpS di Nehas Liah Bing yang letaknya tidak jauh dari pusat paroki, dan sebagiannya kini telah dikembangkan komoditas tanaman karet.
Pada lahan SSpS tersebut telah direncanakan untuk dibangun pusat biara SSpS di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, termasuk beberapa sarana pendukung lainnya untuk karya di bidang pendidikan, yaitu Play Group dan Taman Kanak-Kanak.
Semoga karya sosial dan pelayanan pastoral sebagai kegiatan inti para Suster SSpS di Nehas Liah Bing dapat terus berkembang, yang sekaligus menjadi bagian dalam pewartaan Kasih Kristus di wilayah Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing dan sekitarnya.
Semoga Tuhan Memberkati…………………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar