Umat Paroki Santa Maria Ratu Damai
Nehas Liah Bing Lepas Keberangkatan Pater Thomas Sudarmoko, SVD, dengan
Linangan Air Mata
Nehas
Liah Bing (19/01/13)
Setelah
tertunda selama 3 hari, akhirnya Pater Thomas Sudarmoko, SVD, meninggalkan
Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kutai
Timur, Kalimantan Timur.
Puluhan
umat yang berkumpul dan menunggu sejak pagi tidak tahan dan berlinangan air
mata saat Pater Thomas, SVD, keluar dari ruang tamu pastoran paroki menuju
kendaraan yang siap memberangkatkannya.
Sejatinya,
Pater Thomas, SVD, akan berangkat pada tanggal 17 Januari 2013, tetapi karena
adanya beberapa kesibukan disamping karena masih ada beberapa tugas penting
yang harus diselesaikan sekaligus penyerahan tugas-tugas selanjutnya kepada
pastor rekan dan Dewan Pastoral Paroki, keberangkatan beliau yang telah
direncanakan akhirnya diundur.
Salah
seorang umat sesaat setelah mendapatkan berkat dari Pater Thomas, SVD, tak
sanggup untuk berkata dan menangis histeris. Mengapa Pater Thomas, SVD, begitu
cepat meninggalkan paroki ini, padahal kita baru bersukacita bersama pasca
peresmian gereja paroki yang baru awal Desember 2012, tanyanya.
Perjalanan
perutusan dari seorang Misionaris memang tidak dapat ditebak. Ini adalah sebuah
perjalanan panggilan yang harus ditaati dan dihormati, serta harus segera
bersiap untuk menuju ladang misi yang baru.
Berita
kepindahan Pater Thomas Sudarmoko, SVD, memang begitu mendadak. Umat sepertinya
belum siap, karena bersama Pater Thomas, SVD, mereka baru memulai mewujudkan
mimpinya, tetapi apa hendak dikata, ibarat makan nasi di piring, nasinya belum
habis, dia harus segera pergi, ungkap seorang ibu saat persiapan acara
perpisahan beberapa hari sebelumnya.
Pesta
peringatan Santo Arnoldus Jansen benar-benar menjadi antiklimaks bagi sebagian
umat paroki. Semua terpana serasa tidak percaya, bahwa pastor yang mereka
cintai akan segera meninggalkan tanah misi dalam paroki ini, untuk menuju
ladang perutusan yang baru. Semua umat yang menghadiri perayaan Misa pada saat
itu seolah tidak percaya, tapi apa mungkin, seorang pastor, dari atas Altar
Suci berkata bohong?
Pasca
perayaan Misa, sebagian umat yang merasa tidak percaya seakan tidak tahan untuk
berkumpul dan bersantap malam bersama.
Para ibu yang sejak pagi menyiapkan hidangan untuk makan malam bersama juga
seolah tidak percaya. Begitu banyak hidangan yang tersisa karena banyak yang
pulang karena sedih mendengar berita yang disampaikan.
Tahun
2010, merupakan hari bersejarah bagi perjalanan beliau sebagai gembala umat.
Pasca bertugas di Paroki Long Bentuk sebagai pastor rekan dari Pater Vitus, SVD,
di Kecamatan Busang, Kutai Timur, Kaltim, lepas pertengahan tahun 2010, beliau
berpindah menuju paroki yang baru, Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah
Bing untuk menjadi pastor rekan bagi Pater Remygius Ukat, SVD (alm).
Tepat
pada tanggal 17 Desember 2010, sebuah berita gembira datang. Bersamaan dengan
tugas studi yang rencananya akan dijalani oleh almarhum Pater Remygius Ukat,
SVD, yang akan melanjutkan studi Phillipina, Pater Thomas Sudarmoko, SVD, oleh
Yang Mulia, Mgr. Sului Florentinus, MSF, ditetapkan dan dilantik sebagai Pastor
Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing.
Kondisi
kesehatan yang menurun drastis kala itu tidak menyurutkan langkahnya untuk
menerima tugas suci tersebut, melanjutkan karya perutusan di paroki ini, sesuai
dengan prinsip hidup para Misionaris, beliau menyatakan siap untuk melanjutkan
tongkat estafet yang diserahkan oleh pendahulunya.
Sebuah
langkah awal langsung disiapkan. Sebuah sambutan pembuka pasca pelantikan
beliau sebagai pastor paroki membelakan mata siapa saja. Beliau membuat
pernyataan yang sangat keras dan tegas mengenai sikap dan prinsipnya.
Sebuah
pernyataan dari seorang gembala umat, yang secara langsung melihat banyaknya
ketidakadilan pada ladang perutusannya yang baru telah membuka mata banyak
orang, bahwa pastor yang baru, yang dengan kondisi kesehatan yang mulai menurun
kala itu, tentunya akan membawa sebuah spirit baru dalam perjalanan paroki ini
dimasa depan.
Sebuah
perjalanan perutusan yang tidak gampang dan penuh kerikil tajam, ditengah
perkembangan dan arus globalisasi yang terus mendera hingga ke stasi-stasi
dipelosok serta cakupan wilayah stasi yang teramat luas dengan aksesibilitas
menantang, membutuhkan sebuah semangat dan jiwa pengorbanan dari seorang
Misionaris baru diparoki ini untuk tidak menyerah akan ragam kondisi itu.
Berita
itu datang begitu tiba. Sebuah program yang telah dirumuskan bersama dalam
sebuah Pleno DPP tanggal 7-8 Januari 2013 lalu seakan menjadi sebuah tandatanya
besar, akankah mimpi besar lainnya yang telah dirumuskan dalam menjadi nyata?
Sejak
tanggal 16 Januari 2013, umat dari berbagai stasi yang baru mendengar kabar
datang berbondong-bondong menuju paroki baru. Selain ingin mendapatkan
kebenaran berita yang mereka dengar, sekaligus juga untuk bersilahturahmi
dengan pastor.
Selama
3 hari beruturut-turut, umat datang dan pergi. Semua datang dengan satu tujuan,
untuk melihat dan bertemu langsung dengan pastor paroki mereka, yang sangat
mereka cintai seolah tidak ingin melepas kepergiannya.
Akhirnya,
hari-hari terakhir bersama sang gembala itu pun datang. Seorang gembala umat
yang tidak pernah menganakemaskan siapapun, yang tidak pernah memilih-milih
umat, yang dengan keterbatasan kondisi kesehatannya tetap bersemangan untuk
menjalankan tugas-tugas pelayanannya, dan selalu mencoba untuk menyentuh
domba-dombanya hingga ke pelosok, termasuk ke wilayah-wilayah perkebunan yang
sebelumnya tidak pernah tersentuh.
Sejak
pagi (19/01/13), para tokoh umat dari beberapa stasi telah berkumpul di
pastoran paroki. Umat-umat dari stasi terdekatpun seakan tidak mau ketinggalan.
Tepat pukul 10.30 wita, Pater Thomas Sudarmoko, SVD, meyampaikan sambutan
terakhirnya.
Seluruh
umat yang berkumpul diam terpaku. Dengan suara terbata-bata, Pater Thomas, SVD,
mengungkapkan kebanggaan besar dapat berkumpul bersama umat dan bertugas di
paroki ini.
Dalam
sambutannya, Pater Thomas, SVD, juga memohon maaf yang sedalam-dalamnya,
apabila dalam menjalankan tugas dan pelayanan pastoral di paroki ini ada banyak
kesalahan atau kurang memuaskan bagi sebagian umat sambil menitipkan pesan
kepada seluruh umat untuk secara bersama-sama menjaga paroki ini serta memohon
dukungan dari seluruh umat agar mendukung Pater Lucius Tumanggor, SVD, yang
sebelumnya merupakan pastor rekan dalam menjalankan tugas perutusan
selanjutnya. Masih banyak hal yang belum kita selesaikan, dan saya akan selalu
membantu paroki ini walaupun saya sudah tidak berada disini lagi, pungkas Pater
Thomas, SVD.
Sebelum
berangkat, seluruh umat melaksanakan doa bersama yang dipimpin oleh Suster
Louis, SSpS, kemudian diakhiri dengan berkat penutup oleh Pater Thomas
Sudarmoko, SVD.
Pasca
member berkat kepada seluruh umat yang hadir, Pater Thomas, SVD, langsung
mendatangi setiap umat untuk bersalaman dan memeluk hangat seluruh umat yang
ada. Tangis haru dan sedih langsung meledak dalam ruangan pastoran.
Setelah
berpamitan dan juga member berkat kepada anak-anak yang hadir, Pater Thomas
Sudarmoko, SVD, langsung bergegas menuju kendaraan yang telah disiapkan. Dalam
tangis yang tertahan dan tak kuat untuk berkata, beliau memasuki kendaraan
jemputan sambil melambaikan tangan kepada seluruh umat yang hadir siang itu dan
segera berangkat menuju Kota Tenggarong, Kutai Kertanegara.
Setelah
hampir 3 tahun bertugas di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, baik
sebagai pastor rekan maupun sebagai pastor paroki, Pater Thomas Sudarmoko, SVD,
akhirnya meninggalkan paroki ini, meninggalkan sebuah jejak sejarah dalam catatan
perjalanan panjang perutusannya, meninggalkan umat yang sangat dicintainya
termasuk meninggalkan apa yang telah dirintisnya berupa sebuah gereja paroki
dan pastoran yang baru 45 hari diresmikan (6 Des-12 s/d 19 Jan-13).
Kini,
Pater Thomas Sudarmoko, SVD, telah pergi meninggalkan Paroki Santa Maria Ratu
Damai Nehas Liah Bing untuk menuju tanah misi yang baru. Sebuah jejak sejarah
telah dipatri, kini, masih banyak impian dan juga masih banyak tantangan yang
harus dijawab oleh seluruh umat paroki, bahwa semua yang telah dirumuskan
adalah sebuah tanggung jawab bersama, dan sudah selayaknya umat paroki harus
segera menyiapkan langkah untuk bahu membahu bersama sang penerus estafet,
Pater Lucius Tumanggor, SVD, dalam memberikan pelayanan pastoral yang maksimal
kepada seluruh umat yang tersebar pada 20-an stasi hingga ke pelosok-pelosok
wilayah paroki.
Seperti
pada pesan penutupnya, Pater Thomas memohon dukungan dari seluruh umat untuk
tugas-tugas pelayanan yang akan diteruskan oleh Pater Lucius Tumanggor, SVD,
dan berharap suatu saat apa yang menjadi mimpi bersama dapat terwujud.
Selamat
jalan Pater Thomas, SVD, selamat menunaikan tugas pelayanan di tanah Misi yang
baru, kami semua mendukung dan mendoakanmu, dan semoga Pater Thomas, SVD,
sukses diladang misi yang baru………………
Umat Paroki Santa Maria Ratu Damai
Nehas Liah Bing Lepas Keberangkatan Pater Thomas Sudarmoko, SVD, dengan
Linangan Air Mata
Nehas
Liah Bing (19/01/13)
Setelah
tertunda selama 3 hari, akhirnya Pater Thomas Sudarmoko, SVD, meninggalkan
Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kutai
Timur, Kalimantan Timur.
Puluhan
umat yang berkumpul dan menunggu sejak pagi tidak tahan dan berlinangan air
mata saat Pater Thomas, SVD, keluar dari ruang tamu pastoran paroki menuju
kendaraan yang siap memberangkatkannya.
Sejatinya,
Pater Thomas, SVD, akan berangkat pada tanggal 17 Januari 2013, tetapi karena
adanya beberapa kesibukan disamping karena masih ada beberapa tugas penting
yang harus diselesaikan sekaligus penyerahan tugas-tugas selanjutnya kepada
pastor rekan dan Dewan Pastoral Paroki, keberangkatan beliau yang telah
direncanakan akhirnya diundur.
Salah
seorang umat sesaat setelah mendapatkan berkat dari Pater Thomas, SVD, tak
sanggup untuk berkata dan menangis histeris. Mengapa Pater Thomas, SVD, begitu
cepat meninggalkan paroki ini, padahal kita baru bersukacita bersama pasca
peresmian gereja paroki yang baru awal Desember 2012, tanyanya.
Perjalanan
perutusan dari seorang Misionaris memang tidak dapat ditebak. Ini adalah sebuah
perjalanan panggilan yang harus ditaati dan dihormati, serta harus segera
bersiap untuk menuju ladang misi yang baru.
Berita
kepindahan Pater Thomas Sudarmoko, SVD, memang begitu mendadak. Umat sepertinya
belum siap, karena bersama Pater Thomas, SVD, mereka baru memulai mewujudkan
mimpinya, tetapi apa hendak dikata, ibarat makan nasi di piring, nasinya belum
habis, dia harus segera pergi, ungkap seorang ibu saat persiapan acara
perpisahan beberapa hari sebelumnya.
Pesta
peringatan Santo Arnoldus Jansen benar-benar menjadi antiklimaks bagi sebagian
umat paroki. Semua terpana serasa tidak percaya, bahwa pastor yang mereka
cintai akan segera meninggalkan tanah misi dalam paroki ini, untuk menuju
ladang perutusan yang baru. Semua umat yang menghadiri perayaan Misa pada saat
itu seolah tidak percaya, tapi apa mungkin, seorang pastor, dari atas Altar
Suci berkata bohong?
Pasca
perayaan Misa, sebagian umat yang merasa tidak percaya seakan tidak tahan untuk
berkumpul dan bersantap malam bersama.
Para ibu yang sejak pagi menyiapkan hidangan untuk makan malam bersama juga
seolah tidak percaya. Begitu banyak hidangan yang tersisa karena banyak yang
pulang karena sedih mendengar berita yang disampaikan.
Tahun
2010, merupakan hari bersejarah bagi perjalanan beliau sebagai gembala umat.
Pasca bertugas di Paroki Long Bentuk sebagai pastor rekan dari Pater Vitus, SVD,
di Kecamatan Busang, Kutai Timur, Kaltim, lepas pertengahan tahun 2010, beliau
berpindah menuju paroki yang baru, Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah
Bing untuk menjadi pastor rekan bagi Pater Remygius Ukat, SVD (alm).
Tepat
pada tanggal 17 Desember 2010, sebuah berita gembira datang. Bersamaan dengan
tugas studi yang rencananya akan dijalani oleh almarhum Pater Remygius Ukat,
SVD, yang akan melanjutkan studi Phillipina, Pater Thomas Sudarmoko, SVD, oleh
Yang Mulia, Mgr. Sului Florentinus, MSF, ditetapkan dan dilantik sebagai Pastor
Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing.
Kondisi
kesehatan yang menurun drastis kala itu tidak menyurutkan langkahnya untuk
menerima tugas suci tersebut, melanjutkan karya perutusan di paroki ini, sesuai
dengan prinsip hidup para Misionaris, beliau menyatakan siap untuk melanjutkan
tongkat estafet yang diserahkan oleh pendahulunya.
Sebuah
langkah awal langsung disiapkan. Sebuah sambutan pembuka pasca pelantikan
beliau sebagai pastor paroki membelakan mata siapa saja. Beliau membuat
pernyataan yang sangat keras dan tegas mengenai sikap dan prinsipnya.
Sebuah
pernyataan dari seorang gembala umat, yang secara langsung melihat banyaknya
ketidakadilan pada ladang perutusannya yang baru telah membuka mata banyak
orang, bahwa pastor yang baru, yang dengan kondisi kesehatan yang mulai menurun
kala itu, tentunya akan membawa sebuah spirit baru dalam perjalanan paroki ini
dimasa depan.
Sebuah
perjalanan perutusan yang tidak gampang dan penuh kerikil tajam, ditengah
perkembangan dan arus globalisasi yang terus mendera hingga ke stasi-stasi
dipelosok serta cakupan wilayah stasi yang teramat luas dengan aksesibilitas
menantang, membutuhkan sebuah semangat dan jiwa pengorbanan dari seorang
Misionaris baru diparoki ini untuk tidak menyerah akan ragam kondisi itu.
Berita
itu datang begitu tiba. Sebuah program yang telah dirumuskan bersama dalam
sebuah Pleno DPP tanggal 7-8 Januari 2013 lalu seakan menjadi sebuah tandatanya
besar, akankah mimpi besar lainnya yang telah dirumuskan dalam menjadi nyata?
Sejak
tanggal 16 Januari 2013, umat dari berbagai stasi yang baru mendengar kabar
datang berbondong-bondong menuju paroki baru. Selain ingin mendapatkan
kebenaran berita yang mereka dengar, sekaligus juga untuk bersilahturahmi
dengan pastor.
Selama
3 hari beruturut-turut, umat datang dan pergi. Semua datang dengan satu tujuan,
untuk melihat dan bertemu langsung dengan pastor paroki mereka, yang sangat
mereka cintai seolah tidak ingin melepas kepergiannya.
Akhirnya,
hari-hari terakhir bersama sang gembala itu pun datang. Seorang gembala umat
yang tidak pernah menganakemaskan siapapun, yang tidak pernah memilih-milih
umat, yang dengan keterbatasan kondisi kesehatannya tetap bersemangan untuk
menjalankan tugas-tugas pelayanannya, dan selalu mencoba untuk menyentuh
domba-dombanya hingga ke pelosok, termasuk ke wilayah-wilayah perkebunan yang
sebelumnya tidak pernah tersentuh.
Sejak
pagi (19/01/13), para tokoh umat dari beberapa stasi telah berkumpul di
pastoran paroki. Umat-umat dari stasi terdekatpun seakan tidak mau ketinggalan.
Tepat pukul 10.30 wita, Pater Thomas Sudarmoko, SVD, meyampaikan sambutan
terakhirnya.
Seluruh
umat yang berkumpul diam terpaku. Dengan suara terbata-bata, Pater Thomas, SVD,
mengungkapkan kebanggaan besar dapat berkumpul bersama umat dan bertugas di
paroki ini.
Dalam
sambutannya, Pater Thomas, SVD, juga memohon maaf yang sedalam-dalamnya,
apabila dalam menjalankan tugas dan pelayanan pastoral di paroki ini ada banyak
kesalahan atau kurang memuaskan bagi sebagian umat sambil menitipkan pesan
kepada seluruh umat untuk secara bersama-sama menjaga paroki ini serta memohon
dukungan dari seluruh umat agar mendukung Pater Lucius Tumanggor, SVD, yang
sebelumnya merupakan pastor rekan dalam menjalankan tugas perutusan
selanjutnya. Masih banyak hal yang belum kita selesaikan, dan saya akan selalu
membantu paroki ini walaupun saya sudah tidak berada disini lagi, pungkas Pater
Thomas, SVD.
Sebelum
berangkat, seluruh umat melaksanakan doa bersama yang dipimpin oleh Suster
Louis, SSpS, kemudian diakhiri dengan berkat penutup oleh Pater Thomas
Sudarmoko, SVD.
Pasca
member berkat kepada seluruh umat yang hadir, Pater Thomas, SVD, langsung
mendatangi setiap umat untuk bersalaman dan memeluk hangat seluruh umat yang
ada. Tangis haru dan sedih langsung meledak dalam ruangan pastoran.
Setelah
berpamitan dan juga member berkat kepada anak-anak yang hadir, Pater Thomas
Sudarmoko, SVD, langsung bergegas menuju kendaraan yang telah disiapkan. Dalam
tangis yang tertahan dan tak kuat untuk berkata, beliau memasuki kendaraan
jemputan sambil melambaikan tangan kepada seluruh umat yang hadir siang itu dan
segera berangkat menuju Kota Tenggarong, Kutai Kertanegara.
Setelah
hampir 3 tahun bertugas di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, baik
sebagai pastor rekan maupun sebagai pastor paroki, Pater Thomas Sudarmoko, SVD,
akhirnya meninggalkan paroki ini, meninggalkan sebuah jejak sejarah dalam catatan
perjalanan panjang perutusannya, meninggalkan umat yang sangat dicintainya
termasuk meninggalkan apa yang telah dirintisnya berupa sebuah gereja paroki
dan pastoran yang baru 45 hari diresmikan (6 Des-12 s/d 19 Jan-13).
Kini,
Pater Thomas Sudarmoko, SVD, telah pergi meninggalkan Paroki Santa Maria Ratu
Damai Nehas Liah Bing untuk menuju tanah misi yang baru. Sebuah jejak sejarah
telah dipatri, kini, masih banyak impian dan juga masih banyak tantangan yang
harus dijawab oleh seluruh umat paroki, bahwa semua yang telah dirumuskan
adalah sebuah tanggung jawab bersama, dan sudah selayaknya umat paroki harus
segera menyiapkan langkah untuk bahu membahu bersama sang penerus estafet,
Pater Lucius Tumanggor, SVD, dalam memberikan pelayanan pastoral yang maksimal
kepada seluruh umat yang tersebar pada 20-an stasi hingga ke pelosok-pelosok
wilayah paroki.
Seperti
pada pesan penutupnya, Pater Thomas memohon dukungan dari seluruh umat untuk
tugas-tugas pelayanan yang akan diteruskan oleh Pater Lucius Tumanggor, SVD,
dan berharap suatu saat apa yang menjadi mimpi bersama dapat terwujud.
Selamat
jalan Pater Thomas, SVD, selamat menunaikan tugas pelayanan di tanah Misi yang
baru, kami semua mendukung dan mendoakanmu, dan semoga Pater Thomas, SVD,
sukses diladang misi yang baru………………
selamat dan terima kasih saya ucapkan bagi Romo Thomas , sebagai gembala bagi umat di paroki st Maria semoga romo dapat menjalankan tugas dan panggilan yang direncanakan oleh tuhan bagi nya dengan hati gembira baersama umat yang akan di gembalakan berikutnya, ...
BalasHapusTerima kasih Geleng, tetap kosentrasi dan maksimalkan waktu belajarnya, jangan sia-siakan peluang yang ada dan kejarlah mimpimu, karena semua yang engkau dapatkan saat ini adalah mujizat yang indah.
BalasHapusKeep Spirit, karena masa depanmu ditentukan oleh dirimu sendiri dan ingat selalu untuk setia dalam doa.....salam dari wehea