Sejarah Koronka dimulai pada tahun 1935 dan diceritakan oleh Suster Faustina sebagai berikut:
Malam hari, ketika aku dikamarku, aku melihat Malaikat, pelaksana murkah Allah. Ia berpakaian jubah terang dan wajahnya bersinar. Dibawah kakinya ada awan, dan dari awan itu keluarlah petir-petir, sedangkan dari tangannya keluarlah kilat-kilat. Ketika aku melihat tanda murka Ilahi yang akan menimpa bumi itu, aku mulai memohon Malaikat supaya ia berhenti sejenak, sebab dunia pasti akan bertobat. Namun permohonanku tidak berarti apa-apa terhadap murka Ilahi.
Saat itu aku melihat Allah Tritunggal. Kebesaran kemuliaan-Nya menembus aku sedalam-dalamnya, dan aku tidak berani mengulangi permohonanku lagi.
Saat itu juga kurasakan dalam jiwaku kekuatan rahmat Yesus yang diam dalam diriku. Setelah menyadari rahmat itu, aku langsung dibawah ke Takhta Ilahi. O, betapa besarnya Tuhan dan Allah kita, betapa tak terpahamilah kekudusan-Nya. Aku tidak akan berusaha menggambarkan kebesaran itu, sebab tidak lama lagi kita semua akan melihat-Nya sebagaimana adanya. Aku mulai memohon Allah seturut kata-kata yang telah kudengar dalam batinku.
Sementara aku berdoa demikian, aku melihat betapa Malaikat itu tidak berdaya dalam melaksanakan hukuman yang layak (menimpa dunia) akibat dosa. Aku belum pernah berdoa dengan kekuatan batin sebesar itu, seperti pada saat itu. Kata-kata yang kutujukan kepada Allah sebagai permohonanku ialah:
Bapa yang kekal, kupersembahkan kepada-Mu.
Hari berikutnya, ketika aku masuk ke kapel, aku mendengar dalam batin kata-kata ini: Setiap kali engkau masuk ke kapel, ucapkanlah segera doa yang kuajarkan kemaren kepadamu.
Setelah mengucapkan doa itu, aku mendengar dalam batin kata-kata ini: Doa ini dimaksudkan sebagai sarana untuk memadamkan Murka-Ku. Hendaknya engkau mengucapkannya selama sembilan hari pada Rosario biasa dengan cara ini: Mula-mula, hendaknya engkau mengucapkan satu Bapa Kami, Salam Maria dan Aku Percaya, lalu pada biji "Bapa Kami" hendaknya engkau berdoa begini: Bapa yang kekal, kupersembahkan ...... Pada biji-biji "Salam Maria" hendaknya engkau mengucapkan kata-kata seperti ini: Demi sengsara..... . Pada akhir, hendaknya engkau mengucapkan tiga kali kata-kata ini: Allah yang kudus .....
Sabda Yesus kepada Suster Faustina:
Ucapkanlah Koronka yang telah Kuajarkan kepadamu ini setiap hari. Barangsiapa mendaraskannya, akan mengalami kerahiman-Ku yang besar pada saat kematiannya. Para imam hendaknya menganjurkannya kepada para pendosa sebagai pertobatan terakhir.
O, betapa banyak rahmat akan diterima orang yang mengucapkan Koronka ini. Hendaknya seluruh dunia mengenal kerahiman-Ku yang tak terselami. Inilah tanda untuk zaman akhir. Sesudahnya akan tiba hari-hari keadilan. Selama masih ada waktu, manusia hendaknya bergegas kepada sumber kerahiman-Ku dan memanfaatkan Darah dan Air yang memancar bagi mereka.
Ajaklah orang mengucapkan Koronka yang telah kuberikan kepadamu. Kepada mereka yang mendaraskannya, akan kuberikan apa saja yang mereka minta. Hati para pendosa yang paling tegarpun, bila mendaraskannya, akan dipenuhi ketenangan, dan saat kematian mereka akan diliputi bahagia. Tulisakanlah ini bagi jiwa-jiwa yang susah: bila orang menyadari dan memahami beratnya dosa-dosanya, bila mata hatinya menangkap jurang kehinaan yang dimasukinya, janganlah ia putus asa, melainkan dengan penuh percaya menjatuhkan diri kedalam rangkulan kerahiman-Ku, ibarat seorang anak kedalam rangkulan ibunya. Orang-orang itu mempunyai hal utama untuk mengalami hati-Ku yang berbelas kasih serta kerahiman-Ku. Katakanlah bahwa tiada seorangpun yang menyerukan kerahiman-Ku, pernah dikecewakan ataupun dipermalukan. Secara khusus Kusayangi orang yang mengandalkan kebaikan-Ku. Tulislah: bila Koronka ini didaraskan dekat orang yang sedang menghadapi ajalnya, Aku akan berdiri antara Bapa dan orang itu bukan sebagai Hakim yang adil melainkan sebagai Juru Selamat Yang Rahim.
Dengan mengucapkan Koronka ini, engkau mendekatkan umat manusia kepada-Ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar