Jumat, 17 Februari 2012

Gereja Katolik Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing_Wehea_Kaltim



Perkembangan Pembangunan Gereja Katolik Santa Maria Ratu Damai
Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kutai Timur

Memasuki periode Pebruari 2012, pembangunan Gereja Katolik Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing_Kecamatan Muara Wehea_Kutai Timur_Kaltim, telah menyelesaikan seluruh pilar utamanya.
Gedung Pastoran di belakang Gereja Paroki yang baru (dok_18_peb_2012)
Berdasarkan pantauan lapangan, saat ini, terlihat para pekerja sedang menyelesaikan pengecoran lantai sambil menunggu datangnya rangka baja untuk tiang dan atap bangunan gereja.

Hartono, selaku pimpro dari proyek pembangunan tersebut mengatakan bahwa tidak ada kendala berarti dalam proses pembangunannya dan berharap agar semuanya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan target penyelesaian yang telah disepakati bersama.

Pilar dan Lantai Gereja yang sedang dikerjakan  (dok_18_peb_2012)
Sementara itu, pada sisi barat, tampak telah berdiri sebuah bangunan lain, yaitu Pastoran Paroki yang menghadap langsung kearah gereja, dimana pada saat ini (pebruari 2012) telah mulai memasuki tahap finishingnya.
BangGedung Gereja_tampak samping (dok_18_peb_2012)

Pembangunan Gereja Katholik Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing tersebut dapat selesai pada periode Juli 2012, yang nantinya juga diharapkan dapat langsung digunakan.

Dengan dilaksanakan pembangunan gereja yang baru, diharapkan mampu mengatasi membludaknya umat setiap kali ibadat Misa maupun pada perayaan Natal dan Paskah, yang selama ini tidak dapat tertampung pada Gereja Lama.

Kompleks seluas 2.5 hektar tersebut diharapkan menjadi Pusat Pelayanan Pastoral yang representatif dalam Keuskupan Agung Samarinda, khususnya dalam wilayah Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, yang tersebar dalam 18 stasi di 4 kecamatan, yaitu, Kecamatan Muara Wehea, Kung Beang, Telen dan Batu Ampar.

Pastor Thomas Sudarmoko, SVD, selaku Pastor Paroki Santa Maria Nehas Liah Bing menyatakan harapannya bahwa, dimasa depan, kompleks paroki tersebut juga akan dilengkapi dengan sebuah gedung serba guna (Gedung Paroki), tetapi menurutnya yang paling mendesak pada saat ini adalah gereja dan pastoran.

Kompleks Gereja Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing tersebut memiliki letak yang cukup strategis danhanya berjarak sekitar 1 km dari jalan trans Kaltim serta mudah dijangkau, baik dari Kampung Nehas Liah Bing serta beberapa kampung lainnya di Sungai Telen, maupun dari arah desa-desa eks-transmigrasi.



Sejarah Pembangunan Gereja Katolik Santa Maria Nehas Liah Bing

Sejak dekade 1950-an, Misi Agama Katolik telah masuk ke Desa Nehas Liah Bing, sedangkan pelayanan pastoralnya dilakukan oleh para misionaris yang bertugas di Samarinda. Pada masa-masa awal, pelayanan pastoran dilakukan di rumah-rumah warga di Kampung Nehas Liah Bing hingga dekade 1980-an.

Bersamaan dengan semakin intensifnya kunjungan para misionaris ke wilayah tersebut, serta dengan ditetapkannya Long Segar sebagai Pusat Paroki di Kecamatan Muara Wehea, pelayanan pastoral ke wilayah tersebut dan daerah sekitarnya menjadi cukup mudah, walaupun pada masa itu akses transportasi hanya dapat dilalui lewat sungai.

Pada akhir dekade 1980-an, kemudian secara bergotong-royong, umat mulai menginisiasi secara swadaya, khususnya untuk membangun Gereja Stasi Santa Maria Ratu Damai di Nehas Liah Bing yang juga dilengkapi dengan Pastorannya. Pembangunan gereja stasi serta pastoran akhirnya selesai pada awal dekade 1990-an.

Sementara itu, perkembangan umat pada tahun 1990-an semakin meningkat, seiring dengan kehadiran beberapa perusahaan swasta yang beroperasi di sekitar Nehas Liah Bing, dimana banyak pekerjanya yang juga sebagai pemeluk Katolik.

Pada perkembangan selanjutnya, pada tahun 2005, seiring dengan semakin membaiknya akses transportasi melalui jalur darat, Stasi Nehas Liah Bing akhirnya ditetapkan sebagai Pusat Paroki, sehingga secara otomatis, pusat paroki sebelumnya di Desa Long Segar juga berubah menjadi gereja stasi.

Bersamaan dengan ditetapkannya sebagai pusat paroki dengan pastor paroki kala itu adalah Pater Remygius Ukat, SVD, kemudian mulai diinisiasi sebuah rencana besar untuk membangun gedung gereja yang baru yang lebih representatif sebagai pusat pengembangan Katolik di wilayah ini, sehingga pada tahun 2007, dimulailah proses pembangunan gereja baru yang lokasinya berdekatan dengan lapangan sepak bola atau berjarak sekitar 200 meter dari gereja sebelumnya, dan peletakan batu pertama dilakukan langsung oleh Uskup Agung Samarinda, yang mulia Mgr. Sului Florentinus, MSF.

Dengan swadaya umat yang luar biasa, akhirnya, fondasi gereja dapat terbangun. Tetapi pembangunan di lokasi tersebut bukan tanpa kendala. Banjir yang sering melanda Desa Nehas Liah Bing, juga seringkali menggenangi lokasi rencana gereja baru tersebut, sehingga pada tahun 2011, bersamaan dengan dengan pergantian pastor paroki dari almarhum Pater Remygius Ukat, SVD, ketangan Pater Thomas Sudarmoko, SVD, mulai juga dipikirkan bagaimana mengatasi kendala-kendala tersebut.

Berbagai upaya terus dilakukan untuk mencari alternatif lokasi lain terkait dengan rencana pembangunan gereja, dan akhirnya dengan peran yang luar biasa dari Bapak Heang Tung serta dibantu oleh beberapa tokoh lainnya seperti Liah Mad dan Booq Bit, akhirnya diperoleh peluang untuk mendapatkan lokasi baru.

Melalui sebuah komunikasi yang sangat singkat, Bapak Lan Song, akhirnya bersedia untuk menyerahkan sebagian lahannya seluas 1.5 hektar untuk menjadi lokasi baru bagi pembangunan gereja.

Pertanyaan baru kemudian muncul, dimana dengan dana swadaya serta bantuan keuskupan yang telah dikeluarkan untuk pembangunan gereja pada lokasi sebelumnya tentu akan menjadi sia-sia dan mubasir, sementara proses penggalangan dana melalui partisipasi umat pun kadang-kadang sering tersendat.

Dengan kondisi yang demikian, telah menciptakan sebuah situasi yang sangat dilematis, khususnya bagaimana cara untuk memulai, sehingga sebuah “keajaiban” datang sekaligus membawa kabar gembira, dimana beberapa donatur bersedia untuk membiayai proses pembangunan gereja hingga selesai termasuk dengan pastorannya.

Puji Tuhan, akhirnya bersamaan dengan terjadinya kesepakatan bersama antara para pihak, diantaranya para donatur, serta pelaksana kegiatan pembangunan dan disaksikan pastor paroki, pembangunan gereja baru yang dilakukan di lokasi yang baru dapat terwujud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar