Minggu, 21 Agustus 2011

KOMKA St. Maria Ratu Damai, mengayuh menuju tantangan baru...

Menghadapi tantangan jaman yang terus mengalami perubahaan, KOMKA Katholik St. Maria Ratu Damai secara bertahap berupaya untuk membangun penguatan dengan sasaran pada seluruh kaum muda paroki.

Untuk itu, sesuai dengan rencana kerja yang tertuang dalam rencana tahunan paroki, mengadakan sebuah kegiatan Camping Rohani yang dilaksanakan pada tanggal 22 - 26 Agustus 2011, bertempat di Gua Maria Kung Beang.

Rencananya, acara tersebut juga akan difasilitasi oleh 2 orang volunteer, yaitu Bapak Kokok Budianto & Mas Nandar.

Pastor Thomas, SVD, selaku pastor moderator untuk KOMKA Paroki St. Maria Ratu Damai, Nehas Liah Bing menyampaikan bahwa dengan kegitan tersebut diharapkan dapat memberikan pencerahan baru bagi kaum muda paroki dalam menyikapi tantangan dan perubahan jaman, serta dimasa depan, diharapkan dapat menjadi pilar gereja dalam mewartakan Kristus.




Selasa, 09 Agustus 2011

Sebaran Umat Paroki St. Maria Ratu Damai

 Bagian Pertama

Pada tulisan sebelumnya, kami menyajikan tentang beberapa informasi penting, termasuk didalamnya bagaimana menuju ke wilayah Pusat Paroki St. Maria Ratu Damai.

Sedangkan pada tulisan kali ini, kami akan sajikan sedikit informasi dan gambaran sebaran Umat Katholik yang berada dalam pelayanan Paroki St. Maria Ratu Damai.

Stasi Mawai
merupakan stasi yang letaknya paling jauh dari pusat paroki dan berjarak hampir 150 km. untuk menuju stasi tersebut dari pusat paroki, kita dapat melalui darat atau sungai.

untuk jalur darat, kita melewati jalan trans kaltim, dengan kondisi jalan pada umumnya kurang baik (kondisi cukup parah) hingga ke pos 55 yang merupakan pintu masuk dan berada dalam areal hph pt. kiani lestari. setelah melewati pos penjagaan, kondisi jalan berupa jalan tanah tanpa agregat.

pada musim kemarau, jalur tersebut relatif mudah dilalui, tetapi akan berbeda pada musim hujan, diperlukan sebuah perjuangan untuk dapat melewatinya. agak lebih mudah menggunakan kendaraan berpenggerak 4 roda (4wd) dibandingkan dengan kendaraan roda 2 apabila musim hujan.

sedangkan apabila melalui sungai, dari nehas liah bing, menggunakan perahu berangkat dari sungai wehea, kemudian masuk ke sungai telen ke arah hilir menuju batu ampar. setelah di batu ampar, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat.

mayoritas umat di stasi mawai merupakan warga eks trasmigrasi yang berasal dari nusa tenggara timur (ntt), dan sebagiannya lagi merupakan eks pekerja perusahaan (pt. kiani lestari).

sementara pekerjaan utama adalah petani dengan beberapa komoditas yang dikembangkan antara lain, lada dan karet (mulai dikembangkan dalam 5 tahun terakhir). pilihan komoditas tersebut juga disesuaikan dengan kondisi topografi lahan.

Stasi Batu Ampar

seperti halnya ke stasi ke mawai, untuk mencapai batu ampar juga dapat melalui 2 jalur (darat dan sungai). dibandingkan dengan jalur darat, pilihan melalui sungai mungkin menjadi alternatif terbaik pada saat ini mengingat kondisi jalan trans kaltim dan jalan hph yang cukup parah.

dari nehas liah bing, kita dapat menuju desa long segar (via darat) melalui simpang batu redi kemudian melewati jalan kebun pt. bukit subur (sinar mas group). kondisi jalan relatif baik dengan jarak tempuh dari pusat paroki sekitar 1 jam. setelah tiba di long segar, kita dapat melanjutkan dengan perahu ketinting dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari long segar.

mayoritas umat di stasi tersebut merupakan pekerja dan eks pekerja perusahaan pt. kiani lestari. pada masa keemasan industri kayu, umat di stasi tersebut cukup banyak, tetapi saat ini telah banyak yang berpindah ke beberapa daerah lainnya di kaltim.

selain sebagai pekerja perusahaan, umat juga mengembangkan pertanian / perkebunan dengan komoditas utama yaitu lada dan karet (mulai dikembangkan dalam 5 tahun terakhir), hal tersebut juga karena kondisi topografi lahan yang kurang ideal untuk pengembangan komoditas lain.


Stasi Long Segar
untuk mencapai stasi tersebut cukup mudah, karena kondisi jalan yang relatif baik, yaitu melalui jalan trans kaltim atau melalui jalan desa diak leway, masuk ke areal kebun pt. tapian nadengga (sinar mas group), kemudian menuju jalan raya batu redi. dari sini, kita kembali melewati jalan kebun pt. bukit subur hingga ke seberang kampung.

pada masa lalu, jumlah umat di stasi long segar cukup banyak, tetapi karena adanya migrasi (sebagian pindah ke wilayah kabupaten berau) dan fasilitas pendukung juga cukup memadai karena merupakan eks pusat paroki. terdapat sebuah gereja (lebih besar dari gereja paroki saat ini) yang dilengkapi dengan aula dan pastoran.

mayoritas umat long segar berasal suku dayak kenyah, dan saat ini jumlah umat kembali meningkat dengan kedatangan para pekerja kelapa sawit yang berasal dari nusa tenggara timur dan bekerja di pt. bukit subur.


Stasi Diak Leway
mayoritas masyarakatnya memeluk Katholik. terdapat sebuah gereja stasi (kapela) di stasi tersebut. pada tahun 2010, telah dilaksanakan pelatihan dan pelayanan khusus bagi pasutri dengan fasilitator berasal dari samarinda.

mayoritas umat di stasi tersebut merupakan komunitas dayak wehea dan untuk ibadah mingguan, biasanya umat mengikuti ibadah di pusat paroki yang berjarak sekitar 8 km dengan kondisi jalan tanah beragregat. pada saat ini kondisi jalan relatif kurang baik, disamping karena sering dilalui oleh truk-truk besar, juga karena minimnya perhatian perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut untuk terlibat dalam pembangunan desa.

mayoritas matapencaharian penduduk di stasi tersebut adalah petani, dengan komoditas utama yang dikembangkan saat ini adalah kelapa sawit dan sebagian lainnya mengembangkan tanaman karet.

Stasi Long Wehea
cukup mudah dijangkau dari pusat paroki dan berjarak sekitar 3 km. pada awal berpindahnya pusat paroki, walaupun cukup dekat, tetapi untuk mencapai desa tersebut kita harus melalui sungai karena kondisi jalan yang rusak parah.

belum ada gereja di stasi tersebut, dan untuk pelayanan pastoral biasanya dilakukan dirumah-rumah umat, atau disatukan dengan pusat paroki.

mayoritas umat bermatapencaharian sebagai petani, sebagian lainnya bekerja sebagai motoris perahu penyeberangan yang melayani jalur antara desa long wehea dengan gerbang masuk menuju pt. karyanusa eka daya (astra group).

bersambung....................





Senin, 08 Agustus 2011

Pak Ba, Sang Alkitab Berjalan


S
aya pamit dulu, saya akan pulang ke Diaq Lay, demikian Pak Ba, suatu sore sehabis kegiatan Bhakti Lingkungan KOMKA Stasi Nehas Liah Bing. Dengan apa kesana? Tanya saya. Saya jalan kaki saja, tidak usah repot, saya sudah terbiasa.
Saat itu, pukul 5 sore, berjalan kaki dengan jarak sekitar 8 km, tentunya sekitar pukul 8 malam baru tiba, ujar saya. Ok, begini saja, ini ada kendaraan, nanti diantarkan. Seorang anggota Komka, yang kebetulan memiliki nama yang sama, langsung mengacungkan jarinya untuk mengantar Pak Ba.
Sungguh luar biasa, tadi pagi, dia baru saja mengikuti persiapan penguburan seorang umat yang baru dibaptis menjadi Katholik(Pak Le Ing), yang tentunya datang dengan berjalan kaki, yang ketika mendengar ada bhakti lingkungan KOMKA, tanpa diminta, dia datang dan bergabung bersama rekan-rekan muda.
Pak Ba, pegang mike - dalam acara OMK Paroki (sept-2010)
Mereka perlu selalu diberi dorongan, kata Pak Ba, dalam bahasa Wehea. Kita tidak boleh hanya perintah mereka, tapi mesti terlibat, demikian saya menyimpulkan kalimat dari Pak Ba.
Dalam kesehariannya, kemanapun Pak Ba pergi, seuntai kalung Rosario selalu tergantung di lehernya. Saya sangat mencintai Bunda Maria, ujarnya. Pak Ba, seorang yang taat, selalu berusaha untuk mengingat Maha Pencipta, yang dalam pemahamannya merupakan Yang Maha Tinggi dan yang patut disembah.
Pak Ba, yang selalu mencintai Tuhan Yesus dan Bunda Maria, selalu berbicara dengan gayanya, diselingi senyum kesederhanaannya dan dalam setiap pembicaraan, kadang selalu menyelibkan beberapa ayat dari Alkitab.
Saya merasa sedih, kadang-kadang melihat ada umat Katholik yang tidak punya waktu untuk memuji dan memuliakan Tuhan, demikian tuturnya suatu ketika. Kedalaman penghayatan akan iman terhadap Tuhan Yesus selalu memberinya kekuatan, walaupun harus berjalan kaki sejauh hampir 8 km, tidak menjadikannya sebagai hambatan
Pak Ba, tetaplah Pak Ba, dia tetap seperti biasa, dalam segala kesederhanaannya dan juga kekurangannya, tetapi tetap setia kepada “jalan” yang telah dipilihnya, yaitu mengimani Yesus, dia bagaikan Sang Alkitab berjalan, dan patut menjadi contoh bagi kita semua umat Katholik, untuk menjalani panggilan hidup kita masing-masing.  

Para Pastor Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing (2003 - 2011)

Pada dekade 2000-an, Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing - Wehea - Kutai Timur - Kaltim, dipimpin oleh 2 orang pastor, yaitu P. Remygius Ukat, SVD (Alm) yang berasal dari Pulau Timor - NTT, dan P. Thomas Sudarmoko, SVD dari Jawa.

Alm. P. Remygius Ukat, SVD (Pastor Paroki Th. 2003 - 2010)
Pada awal masa tugas (tahun 2003/2004), Alm. P. Remygius Ukat, SVD, menetap di Desa Long Segar, Kecamatan Telen, selanjutnya berdasarkan keputusan Uskup Agung Samarinda pada tahun 2005 dilakukan pemindahan pusat paroki dari Desa Long Segar ke Desa Nehas Liah Bing.

Pemindahan tersebut, tentunya membawa tantangan tersendiri, dimana Nehas Liah Bing yang merupakan stasi berubah menjadi pusat paroki. Oleh karena itu, beragam program dan kegiatan segera dilakukan oleh Pastor Remy di pusat paroki yang baru tersebut.

Dengan tipologi masyarakat komunitas di pusat paroki yang berbeda dibanding sebelumnya, Alm. P. Remygius Ukat, SVD, berjuang untuk meningkatkan keterlibatan umat dalam berbagai kegiatan paroki, disamping medan pelayanan yang cukup berat dan membutuhkan ketangguhan mental dan kesabaran penuh, tetapi semuanya dijalani dengan penuh suka cita untuk selalu melayani umat.

Dalam perjalanan selanjutnya, pada tahun 2009/2010, diperoleh tenaga tambahan, yang ditandai dengan masuknya P. Thomas, SVD, sebagai pastor pembantu. Sebelumnya, Pastor Thomas berkarya melayani umat di Paroki Long Bentuk, Kecamatan Busang.

Kedatangan "amunisi" baru tersebut, tentunya membawa angin segar dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada umat yang tersebar di 4 kecamatan, dengan medan yang tentunya juga cukup beragam.

Setahun setelah menetap di Paroki St. Maria Ratu Damai, P. Thomas Sudarmoko, SVD, berdasarkan Surat Keputusan Bapak Uskup Agung Samarinda (Mgr. Sului Florentinus, SVD) kemudian mengambil tongkat estafet untuk melanjutkan karya pelayanan sebagai Pastor Paroki. Tepat pada tanggal 17 Desember 2010, dilakukan serah terima dan pelantikan pastor paroki, dari Alm. Remygius Ukat, SVD kepada P. Thomas Sudarmoko, SVD.

Tugas yang maha berat, tentunya telah menanti Pastor Thomas, karena sebelumnya dengan 2 orang tenaga pastor, dirasa masih belum maksimal melakukan pelayanan dikarenakan medan tugas yang cukup sulit (terutama ketika menjangkau umat di wilayah Long Segar, Batu Ampar dan Mawai), dan dari sebelumya "duet" kini kembali menjadi "solois".

Pasca serah terima jabatan pastor paroki serta upacara perpisahan yang dilaksanakan pasca pelantikan, ternyata selain memberikan warna dan kabar sukacita, juga memberikan kabar duka yang mendalam bagi seluruh umat yang tersebar di 15 stasi.

Pastor Paroki Saat Ini: P. Thomas Sudarmoko, SVD
Dua belas hari pasca perpisahan, umat paroki kehilangan sosok pastor yang tegas dalam diri Pastor Remygius Ukat, SVD. Perpisahan bersama umat bagi Pastor Remy yang sebelumnya akan melanjutkan studi di Manila, Filipina, justru menjadi akhir dari segala kebersamaan.

Perayaan Misa Natal yang dipimpin langsung oleh beliau, ternyata juga menjadi akhir dari kebersamaan dengan umat, karena 3 hari setelah Natal beliau jatuh sakit dan kemudian kembali ke pangkuan Bapa di Surga menjelang akhir tahun 2010.

Kepergian Pastor Remy adalah sebuah kehilangan bagi kami rekan-rekan se-ordo. Demikian disampaikan Pastor Thomas, SVD suatu ketika di awal tahun 2011.

Kehilangan berarti harus berhenti, tetapi bagaimana dengan kehilangan tersebut menjadi pelecut untuk membangun semangat baru, dalam mengembangkan Paroki St. Maria Ratu Damai sekaligus meneruskan dan melaksanakan beragam program yang telah direncanakan.


Kunjungan Uskup Agung Samarinda

Mgr. Sului F., MSF disambut secara adat dalam kunjungan ke Paroki SMRD
Pada tanggal 31 Mei 2009, Bapa Uskup Agung Samarinda mengunjungi Paroki St. Maria Ratu Damai, dalam rangka meresmikan pembukaan Biara Susteran SSPS.

Kedatangan yang mulia Mgr. Sului Florentinus, MSF, disambut dengan penuh suka cita oleh segenap umat, melalui sebuah upacara penyambutan secara adat yang dilakukan oleh masyarakat adat Wehea di Nehas Liah Bing.


remaja dayak wehea menyematkan gelang manik kepada suster ssps sebagai tanda persahabatan dan dukungan, berdiri di sebelah kiri adalah Alm. P. Remygius Ukat, SVD

Alm. P. Remygius Ukat, SVD (baju garis putih) dan Suster Louis, SSPS
Datang bersama Bapa Uskup, diantaranya Pastor Moderator SSPS yang berpusat di Palangkaraya, serta para suster lainnya dari Tenggarong dan Palangkaraya, juga didampingi oleh P. Hendrik Nuwa, selaku ekonom Keuskupan Agung Samarinda.

Kongregasi SSPS di Paroki St. Maria Ratu Damai

Para Suster yang hadir pada pembukaan Biara SSPS di Nehas Liah Bing (no. 2 dari kanan: Sr. Louis. SSPS, dan no. 3, adalah Suster Renelis yang saat ini sedang mengikuti Studi di Belanda

Para Suster SSPS pada pembukaan  Biara di Paroki St. Maria Ratu Damai...Semoga benih iman yang telah ditanam, dapat tumbuh dan berkembang ditengah keragaman komunitas ..................
Uskup Agung Samarinda (Mgr. Sului Florentinus, MSF) dalam Misa Pembukaan Biara Susteran SSPS, pada tanggal 31 Mei 2011 di Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing - Wehea - Kutai Timur - Kaltim - Indonesia

Mengenal Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing - Wehea - Kutai Timur

Paroki St. Maria Ratu Damai & Gua Maria Pengantara Segala Rahmat


Pada saat ini dipimpin oleh P. Thomas, SVD, dengan didamping oleh seorang frater yang menjalani masa TOP di paroki tersebut.

Dalam pelayanan pastoral, juga dibantu oleh para suster dari Kongregasi SSPS sebanyak 3 orang suster yang khusus melayani stasi-stasi disekitar pusat paroki.

Suster-suster SSPS mulai masuk ke paroki tersebut sejak tahun 2006/2007, dan pada tanggal 31 Mei 2009 mulai menetap di pusat paroki bersamaan dengan diresmikannya Biara Susteran oleh Uskup Agung Samarinda, Mgr. Sului Florentinus, MSF.

Pada saat ini, salah satu suster SSPS di Paroki St. Maria Ratu Damai sedang mengikuti studi di Belanda dan pada akhir tahun 2011 akan kembali bersama umat untuk meneruskan pelayanan kepada umat.

Sementara itu, Paroki St. Maria Ratu Damai memiliki 15 stasi yang tersebar dari Mawai (Kecamatan Batu Ampar), hingga ke Desa Miau Baru dan Matra Sawit (PT. KDA) serta secara de facto juga hingga ke wilayah Sungai Elang & Merapun, dengan jumlah mencapai 7.000 jiwa.

Bagaimana mencapai Pusat Paroki St. Maria Ratu Damai dan Gua Maria Pengantara Segala Rahmat


Paroki St. Maria Ratu Damai atau biasa disingkat SMRD berada di Kampung induk Nehas Liah Bing, atau tepatnya sekitar 1 km dari jalan poros Trans Kaltim.
Dari Samarinda berjarak sekitar 387 km, kita dapat mencapainya dengan menggunakan kendaraan roda 2 dan 4 (taksi reguler: kijang innova, dll) dengan waktu tempuh saat ini sekitar 10 - 14 jam (karena kondisi jalan yang sangat buruk) dengan biaya Rp. 175.000 / orang atau Rp. 1.2 Juta sekali carter, sedangkan dari Berau dapat dicapai dengan menggunakan Bus / taksi kijang yang setiap hari melalui wilayah Kecamatan Muara Wahau.

Sedangkan untuk mencapai Gua Maria Pengantara Segala Rahmat, dari pusat paroki berjarak sekitar 15 km dengan menggunakan kendaraan roda 2 & 4, melalui areal kebun PT. Sinar Mas dengan kondisi jalan tanah agregat serta dapat dilewati dikala hujan (tetapi agak licin). Jalur lainnya juga dapat melalui SP-5 Pantun kemudian menyusuri Gunung Kung Beang ke sisi selatan.

Kendaraan hanya sampai di lokasi parkir yang telah disiapkan, kemudian berjalan kaki sekitar 250 meter dan langsung mencapai Gua. Untuk menghindari cuaca yang terkadang sulit diprediksi, jangan lupa untuk membawa payung atau jas hujan, karena hingga saat ini belum tersedia shelter untuk tempat berteduh (masih dalam tahap perencanaan & penggalangan dana).

Sejak tanggal 1 Mei 2011, Gua Maria Pengantara Segala Rahmat secara resmi dibuka untuk tempat ziarah, melalui Misa Pemberkatan yang dipimpin oleh P. Thomas, SVD (pada saat itu direncanakan akan diresmikan oleh Uskup Agung, Mgr. Sului, MSF, tetapi Bapa Uskup berhalangan hadir karena ada tugas lain).

Apa yang bisa anda lakukan untuk mendukung pengembangan Kawasan Wisata Rohani di Gua Maria Pengantara Segala Rahmat?

Bagi anda yang ingin terlibat dalam pengembangan Gua Maria Pengantara Segala Rahmat, dapat menyumbangkan tenaga (melalui kegiatan gotong-royong secara berkala) serta dana (dapat menghubungi Pastor Paroki di Sekretariat Paroki St. Maria Ratu Damai).

Dimasa mendatang, direncanakan untuk dikembangkan beberapa fasilitas pendukung, al; Shelter, Kapel, dan Sarana Pendukung lainnya bagi para peziarah.




Salam dalam Nama Jesus....................









Gua Maria Pengantara Segala Rahmat - Paroki St. Maria Ratu Damai



Bunda Maria Pengantara Segala Rahmat......, berada di sisi selatan Gunung Kung Beang, diantara rimbunnya dedaunan dan pepohonan hutan, memberikan ketenangan bagi para peziarah......
Misa Pembukaan Bulan Maria sekaligus pemberkatan (1//2011) di Gua Maria Pengantara Segala Rahmat, Gunung Kung Beang, Wehea, Kutai Timur, Kaltim, Indonesia.
Puluhan Anggota Koor Paroki, turut memeriahkan Misa Pembukaan di Gua Maria Pengantara Segala Rahmat

Gua Maria Pengantara Segala Rahmat

Paroki St. Maria Ratu Damai

Gua Maria Pengantara Segala Rahmat
Perkembangan yang semakin pesat di wilayah Kecamatan Muara Wahau dan sekitarnya, termasuk didalamnya dengan semakin meningkatnya jumlah umat, membawa pemikiran pimpinan paroki pada masa itu (Alm. P. Remigius Ukat, SVD) bersama dengan umat lainnya untuk membangun sebuah kawasan yang khusus diperuntukan sebagai kawasan wisata rohani.

Pada tahun 2007/2008, bertempat di Gua Kung Beang, dilaksanakan sebuah acara penyerahan wilayah seluas 25 Hektar oleh masyarakat adat Wehea (melalui para kepala adatnya) kepada kepada Gereja KatholikSt. Maria Ratu Damai, yang selanjutnya dijadikan sebagai kawasan konservasi khusus untuk kegiatan wisata rohani.

Diresmikan tanggal 1 Mei 2011
Sebagai tahap lanjut, kemudian dilakukan kegiatan camping rohani di kawasan tersebut termasuk berbagai kegiatan gotong-royong bersama umat untuk menata kawasan tersebut, sehingga layak untuk dijadikan tempat ziarah rohani.

Perjuangan yang tidak kenal lelah, akhirnya terjawab ketika pada tanggal 1 Mei 2011, yaitu dengan dibukanya secara resmi Gua Maria Pengantara Segala Rahmat yang disertai dengan pemberkatan gua oleh Pater Thomas, SVD.

Umat dalam Misa Pembukaan (1/5/2011)
Ribuan peziarah dari berbagai stasi tumpah ruah pada misa pembukaan peresmian gua maria tersebut, dan disambut sukacita mendalam oleh seluruh umat, karena mimpi selama ini untuk memiliki tempat ziarah rohani akhirnya terjawab.

Pater Thomas, SVD, selaku Pastor Paroki saat ini menggantikan Alm. P. Remygius Ukat, SVD, akhirnya menetapkan bahwa seluruh kegiatan peribadatan, khususnya pada pembukaan dan penutupan bulan Maria, akan dilaksanakan di Gua Maria Pengantara Segala Rahmat.

Kini, tantangan berada di depan mata, yaitu bagaimana menjadikan kawasan tersebut layak sebagai sebuah tempat ziarah rohani, termasuk didalamnya menyediakan beberapa fasilitas pendukung bagi peziarah.

Pater Thomas, SVD, dalam khotbah penutup pada Misa Penutupan Bulan Maria, tanggal 31 Agustus 2011 menyampaikan harapan mendalam, agar seluruh umat secara bersama-sama dapat bergandengan tangan untuk mewujudnyatakan berbagai rencana agar Gua Maria Pengantara Segala Rahmat ini benar-benar layak sebagai sebuah tempat ziarah.


 
Salam dalam Nama Jesus............





Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing - Sebuah Catatan Kecil

Paroki St. Maria Ratu Damai, adalah sebuah paroki pedalaman yang  berada dalam wilayah Keuskupan Agung Samarinda - Kalimantan Timur.

Sebelumnya, pusat paroki berada di wilayah Desa Long Segar, Kecamatan Telen, tetapi mengingat perkembangan umat serta upaya untuk mendekatkan diri terhadap aksesibilitas, kemudian diputuskan untuk dilakukan pemindahan pusat paroki ke Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Wilayah pelayanan Paroki St. Maria Ratu Damai  Nehas Liah Bing cukup luas dan meliputi wilayah Kecamatan Batu Ampar, Telen, Muara Wahau dan Kung Beang, serta juga terkadang melakukan pelayanan hingga ke wilayah Merapun dan Sungai Elang di Kecamatan Kelay, Kebupaten Berau, Kalimantan Timur.  

Sebaran umat tersebut meliputi 15 stasi yang tersebar pada 4 kecamatan tersebut diatas, dan untuk pelayanan pastoral, didukung oleh seorang Pastor Paroki serta pada tahun 2011, mendapatkan satu orang Frater yang menjalani masa Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di paroki tersebut yang berasal dari STFK Malang, Jawa Timur. 

Pada saat ini, sedang direncanakan pembangunan Gereja baru yang representatif mengingat perkembangan umat yang semakin banyak, sehingga perlu dibangun sebuah gereja baru dilokasi terpisah dari gereja yang ada saat ini.

Kami berharap, kiranya dengan dukungan umat serta para pihak lainnya, rencana tersebut dapat segera terwujud, dan semoga dimasa depan, Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing dapat menjadi salah satu corong untuk selalu menyerukan pesan-pesan perdamaian dan kasih bagi umat manusia...............

Salam dalam nama Yesus..........