Minggu, 23 Februari 2014

Pernikahan Pasangan Martinus Yafet dan Felisitas Berti

Pernikahan Dalam Balutan Budaya Ende Lio di Gereja Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Wehea, Kutai Timur

Minggu (23/2/14)


Bertempat di Gereja Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing dilangsungkan Penerimaan Sakramen Pernikahan bagi pasangan Martinus Yafet dan Felisitas Berti, tepat pada Valentine Day (Jumat, 14/2/14).

Yafet dan Berti
Kedua pasangan tersebut telah lama menjalin hubungan dan secara kebetulan juga bekerja pada sebuah perusahaan yang sama, tepatnya di PT. DSN Group, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Kecamatan Muara Wehea, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Yafet dan Berti
Sesuai dengan seruan Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Pater Lucius Tumanggor, SVD, setiap upacara penerimaan Sakramen Pernikahan di Gereja Paroki, pasangan yang menikah dianjurkan untuk mengenakan pakaian tradisional sesuai dengan asal mereka. 
kedua orang tua Berti
Menurut Pater Lucius, bahwa anjuran tersebut bukannya tanpa alasan, karena dengan mengenakan pakaian tradisional dari daerah asalnya, mereka dapat belajar untuk memahami budayanya, disamping itu, dengan mengenakan pakaian tradisionalnya, mereka juga secara tidak langsung memelihara dan mengupayakan pelestarian budayanya, karena pakaian tradisional tidak terpisahkan dari eksistensi budaya masyarakat yang ada di Indonesia.

Orang Tua dari Martinus Yafet
Sebelumnya, kedua pasangan tersebut berniat untuk mengenakan pakaian pengantin bergaya Eropa, tetapi tidak disetujui oleh Pastor Paroki dan akhirnya dalam acara Pemberkatan Nikah yang dilangsungkan pada Jumat (14/2/14) tersebut pasangan tersebut mengenakan pakaian tradisional mereka.
Yafet dan Berti
Dalam balutan pakaian tradisionalnya, nuansa budaya daerah sangat terasa kala upacara pemberkatan tersebut dan hal ini diikuti pula oleh seluruh keluarga besar dari kedua pasangan tersebut yang kebetulan pula berasal dari kabupaten yang sama, yaitu Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

Dalam Balutan Pakaian Khas Lio-Ende
Layaknya kita berada di Flores, demikian diungkapkan oleh Teisen, kakak kandung dari Martinus Yafet yang saat ini berdomisili di Kabupaten Kutai Barat dan beristrikan seorang wanita dari Suku Dayak Tunjung.

Yafet dan Berti
Misa Penerimaan Sakramen Pernikahan yang penuh dengan balutan tradisional khas Suku Lio-Ende, Flores, NTT sungguh terasa dan memberikan nuansa tersendiri dan seolah membawa siapapun yang berasal dari daerah yang sama untuk merindukan kembali ke kampung halamannya. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh seorang umat yang hadir, bahwa melihat suasana yang penuh nuansa kedaerahan seperti ini, dia seolah terbawa dan merasa berada di kampung halamannya tercinta. Luar Biasa.

Yafet dan Berti didampingi orang tua saksi, Bapak Yosef Tote dan Istri
Anjuran oleh Pater Lucius Tumanggor, SVD, ternyata sangat tepat. Umat diajak kembali untuk mengingat akarnya, asal-usulnya, dan dipanggil secara tidak langsung untuk melestarikan budayanya, karena hal tersebut juga sesuai dengan misi gereja untuk secara bersama melestarikan budaya dari beragam suku yang ada di negeri ini.
Keluarga Mempelai
Semoga ini menjadi pertanda baik, sehingga para seniwati yang berperan besar dalam melahirkan karya-karya indah dalam bentuk kain tenunan yang ada di berbagai daerah di negeri ini tidak punah karena generasi penerus mereka tidak lupa akan akar dan asal-usulnya.

Pater Lucius Tumanggor, SVD menerimakan Sakramen Pernikahan bagi Yafet dan Berti
Akhirnya, selamat menempuh hidup baru bagi saudara Martinus Yafet dan Felisitas Berti, semoga  tetap memegang teguh kaul nikah sucinya karena "Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak diceraikan oleh manusia".........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar