Selasa, 09 Agustus 2011

Sebaran Umat Paroki St. Maria Ratu Damai

 Bagian Pertama

Pada tulisan sebelumnya, kami menyajikan tentang beberapa informasi penting, termasuk didalamnya bagaimana menuju ke wilayah Pusat Paroki St. Maria Ratu Damai.

Sedangkan pada tulisan kali ini, kami akan sajikan sedikit informasi dan gambaran sebaran Umat Katholik yang berada dalam pelayanan Paroki St. Maria Ratu Damai.

Stasi Mawai
merupakan stasi yang letaknya paling jauh dari pusat paroki dan berjarak hampir 150 km. untuk menuju stasi tersebut dari pusat paroki, kita dapat melalui darat atau sungai.

untuk jalur darat, kita melewati jalan trans kaltim, dengan kondisi jalan pada umumnya kurang baik (kondisi cukup parah) hingga ke pos 55 yang merupakan pintu masuk dan berada dalam areal hph pt. kiani lestari. setelah melewati pos penjagaan, kondisi jalan berupa jalan tanah tanpa agregat.

pada musim kemarau, jalur tersebut relatif mudah dilalui, tetapi akan berbeda pada musim hujan, diperlukan sebuah perjuangan untuk dapat melewatinya. agak lebih mudah menggunakan kendaraan berpenggerak 4 roda (4wd) dibandingkan dengan kendaraan roda 2 apabila musim hujan.

sedangkan apabila melalui sungai, dari nehas liah bing, menggunakan perahu berangkat dari sungai wehea, kemudian masuk ke sungai telen ke arah hilir menuju batu ampar. setelah di batu ampar, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat.

mayoritas umat di stasi mawai merupakan warga eks trasmigrasi yang berasal dari nusa tenggara timur (ntt), dan sebagiannya lagi merupakan eks pekerja perusahaan (pt. kiani lestari).

sementara pekerjaan utama adalah petani dengan beberapa komoditas yang dikembangkan antara lain, lada dan karet (mulai dikembangkan dalam 5 tahun terakhir). pilihan komoditas tersebut juga disesuaikan dengan kondisi topografi lahan.

Stasi Batu Ampar

seperti halnya ke stasi ke mawai, untuk mencapai batu ampar juga dapat melalui 2 jalur (darat dan sungai). dibandingkan dengan jalur darat, pilihan melalui sungai mungkin menjadi alternatif terbaik pada saat ini mengingat kondisi jalan trans kaltim dan jalan hph yang cukup parah.

dari nehas liah bing, kita dapat menuju desa long segar (via darat) melalui simpang batu redi kemudian melewati jalan kebun pt. bukit subur (sinar mas group). kondisi jalan relatif baik dengan jarak tempuh dari pusat paroki sekitar 1 jam. setelah tiba di long segar, kita dapat melanjutkan dengan perahu ketinting dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari long segar.

mayoritas umat di stasi tersebut merupakan pekerja dan eks pekerja perusahaan pt. kiani lestari. pada masa keemasan industri kayu, umat di stasi tersebut cukup banyak, tetapi saat ini telah banyak yang berpindah ke beberapa daerah lainnya di kaltim.

selain sebagai pekerja perusahaan, umat juga mengembangkan pertanian / perkebunan dengan komoditas utama yaitu lada dan karet (mulai dikembangkan dalam 5 tahun terakhir), hal tersebut juga karena kondisi topografi lahan yang kurang ideal untuk pengembangan komoditas lain.


Stasi Long Segar
untuk mencapai stasi tersebut cukup mudah, karena kondisi jalan yang relatif baik, yaitu melalui jalan trans kaltim atau melalui jalan desa diak leway, masuk ke areal kebun pt. tapian nadengga (sinar mas group), kemudian menuju jalan raya batu redi. dari sini, kita kembali melewati jalan kebun pt. bukit subur hingga ke seberang kampung.

pada masa lalu, jumlah umat di stasi long segar cukup banyak, tetapi karena adanya migrasi (sebagian pindah ke wilayah kabupaten berau) dan fasilitas pendukung juga cukup memadai karena merupakan eks pusat paroki. terdapat sebuah gereja (lebih besar dari gereja paroki saat ini) yang dilengkapi dengan aula dan pastoran.

mayoritas umat long segar berasal suku dayak kenyah, dan saat ini jumlah umat kembali meningkat dengan kedatangan para pekerja kelapa sawit yang berasal dari nusa tenggara timur dan bekerja di pt. bukit subur.


Stasi Diak Leway
mayoritas masyarakatnya memeluk Katholik. terdapat sebuah gereja stasi (kapela) di stasi tersebut. pada tahun 2010, telah dilaksanakan pelatihan dan pelayanan khusus bagi pasutri dengan fasilitator berasal dari samarinda.

mayoritas umat di stasi tersebut merupakan komunitas dayak wehea dan untuk ibadah mingguan, biasanya umat mengikuti ibadah di pusat paroki yang berjarak sekitar 8 km dengan kondisi jalan tanah beragregat. pada saat ini kondisi jalan relatif kurang baik, disamping karena sering dilalui oleh truk-truk besar, juga karena minimnya perhatian perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut untuk terlibat dalam pembangunan desa.

mayoritas matapencaharian penduduk di stasi tersebut adalah petani, dengan komoditas utama yang dikembangkan saat ini adalah kelapa sawit dan sebagian lainnya mengembangkan tanaman karet.

Stasi Long Wehea
cukup mudah dijangkau dari pusat paroki dan berjarak sekitar 3 km. pada awal berpindahnya pusat paroki, walaupun cukup dekat, tetapi untuk mencapai desa tersebut kita harus melalui sungai karena kondisi jalan yang rusak parah.

belum ada gereja di stasi tersebut, dan untuk pelayanan pastoral biasanya dilakukan dirumah-rumah umat, atau disatukan dengan pusat paroki.

mayoritas umat bermatapencaharian sebagai petani, sebagian lainnya bekerja sebagai motoris perahu penyeberangan yang melayani jalur antara desa long wehea dengan gerbang masuk menuju pt. karyanusa eka daya (astra group).

bersambung....................





Tidak ada komentar:

Posting Komentar