Senin, 28 April 2014

Pembaptisan di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Wehea, Kutai Timur, Kaltim

Kabar Paroki

Rabu (29/4/14)


Bersamaan dengan Pesta Kerahiman Ilahi pada Minggu Pekan Paskah Ke-2, dilaksanakan pembaptisan kepada 14 orang baptisan baru dari balita, anak-anak, remaja hingga orang dewasa.

Pembaptisan oleh Pater Lucius Tumanggor, SVD
Dalam Misa yang dipimpin langsung oleh Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Pater Lucius Tumanggor, SVD tersebut juga turut dimeriahkan oleh Koor dari siswa/i SMP Negeri-1 Kung Beang.
para orang tua dan calon baptis
Sebelum pembatisan para orang tua baptisan baru mengikuti masa persiapan dan pembekalan yang dipimpin oleh Suster Caroline, SSpS dan dilaksanakan di pusat paroki.
dirigen koor dari SMPN-1 Kung Beang
Sementara itu, Pater Lucius Tumanggor, SVD, mengungkapkan bahwa masih banyak anak-anak hingga remaja dalam wilayah paroki yang belum dibaptis, oleh karena itu pastor paroki menghimbau kepada seluruh umat untuk saling mengingatkan agar segera dibaptis.

Dalam Balutan Budaya Tradisional

Seperti pada perayaan-perayaan sebelumnya, pada Misa Pekan Paskah kedua yang bersamaan dengan pembaptisan baru sangat kental akan suasana budaya tradisional, dan hal ini terlihat dari seluruh orang tua baptisan maupun para saksi baptisan mengenakan pakaian tradisional dari masing-masing daerah diantaranya dari Flores (Ende, Bajawa dan Manggarai) serta dari Sumatra Utara (Batak), Toraja dan Dayak (Wehea).

Sr. Caroline bersama anggota Koor SMPN-1 Kung Beang
Selain para orang tua dan saksi baptisan baru, seluruh anggota koor dari SMP Negeri-1 Kung Beang pun tidak ketinggalan untuk menampilkan akar budaya dari masing-masing daerah asal mereka dengan mengenakan pakaian tradisional.
orang tua dan wali baptis dalam balutan pakaian tradisional ende & dayak
Terkait dengan hal tersebut, Pater Lucius Tumanggor, SVD, mengungkapkan bahwa sesuai dengan himbauan yang telah disampaikan agar hal tersebut dapat terus dipertahankan, baik pada saat penerimaan sakramen baptis, komuni, maupun pada sakramen pernikahan ditekankan untuk mengenakan busana tradisional.

suasana perayaan misa
Hal tersebut sangat penting sekaligus menyesuaikan dengan karakteristik paroki yang merupakan paroki migran dimana terdapat begitu banyak umat yang datang dari berbagai daerah di Indonesia agar mereka tidak lupa dengan akar serta dari mana asal mereka. Ini penting karena dengan demikian sebagai upaya pelestarian terhadap budaya mereka dan bagi pembuatnya di tempat asal mereka juga dapat terus berkarya karena hasil karya seni mereka juga dibutuhkan diperantauan, tutur Pater Lucius, SVD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar