Senin, 05 Mei 2014

Pro Fauna disambut secara adat Dayak Wehea

Ride for Borneo Disambut Secara Adat Dayak Wehea dan Pemberkatan Oleh Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing

Kabar Paroki
Selasa (06/05/14)

Bertempat di Kompleks Gereja Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Wehea, Kutai Timur, Kaltim, dilakukan penyambutan secara adat Dayak Wehea kepada tujuh orang aktivis Pro Fauna yang sedang melakukan kampanye Ride for Borneo di Kalimantan Timur pada Selasa (06/04/14).
Ride for Borneo 2014
Selain ritual penyambutan, juga dilakukan kepada para aktivis tersebut untuk melanjutkan perjalanan menuju Kawasan Hutan yang dikelola oleh PT. RHOI yang berkolaborasi dengan masyarakat Dayak Wehea, juga dilakukan pemberkatan oleh Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Pater Lucius Tumanggor, SVD.

Diskusi di Pastoran Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing_Wehea, Kaltim
Sebelumnya, menurut Siang Geah yang pertama bertemu, kedatangan para aktivis Pro Fauna dalam program Ride for Borneo kali ini direncanakan tidak akan lama atau hanya akan berada di Wehea selama kurang lebih dua hari yang kemudian melanjutkan perjalanan ke wilayah Kabupaten Berau setelah kembali dari Hutan Lindung Wehea.
Ledjie Taq didampingi Pater Lucius Tumanggor, SVD, saat diskusi dengan Aktivis Pro Fauna (Ride for Borneo 2014)
Ritual Adat Wehea, menyambut aktivis Pro Fauna (Ride for Borneo-2014)
Sementara itu, Tatang, Koordinator Program RHOI di Wehea meneruskan apa yang diungkapkan oleh para aktivis Pro Fauna, bahwa mereka sangat terharu karena selama perjalanan mereka baru di Komunitas Dayak Wehea mereka disambut secara adat oleh masyarakat Suku Dayak Wehea yang diwakili oleh Bapak Ledjie Taq, Kepala Adat Dayak Wehea Desa Nehas Liah Bing serta Bapak Yunta, Kepala Desa Diaq Lay, Kecamatan Muara Wehea, Kutai Timur dan juga secara agama.
Ritual Adat Wehea, menyambut aktivis Pro Fauna (Ride for Borneo-2014)
Pater Lucius Tumanggor, SVD, dalam sebuah diskusi di Pastoran Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing menyampaikan dukungannya pada kegiatan Ride for Borneo sembari berharap dimasa depan Pro Fauna juga dapat melakukan kegitannya di wilayah Wehea tentunya dengan berkolaborasi bersama masyarakat adat Dayak Wehea dan beberapa elemen lain yang telah bekerja untuk upaya pemberdayaan masyarakat serta pelestarian lingkungan hidup.

Mbak Made (Pro Fauna) saat dikenakan Gelang Merah
oleh istri Kepala Adat Wehea Nehas Liah Bing
Gereja Katolik dalam hal ini seperti di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing dengan tangan terbuka menerima dan menyambut kedatangan para aktivis dari Pro Fauna dalam kampanye Ride for Borneo tersebut dan apa yang mereka lakukan saya melihat sangat sejalan dengan misi Gereja Katolik untuk terus menyuarakan keadilan dan perdamaian serta turut terlibat secara langsung dalam upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup, salah satunya seperti yang ada dalam masyarakat adat Dayak Wehea, tambah Pater Lucius Tumanggor, SVD.
Bang Rosek dikenakan Gelang Merah Khas Suku Dayak Wehea oleh Ibu Lenyiei
Pada kesempatan yang sama, Ledjie Taq, Kepala Adat Dayak Wehea Desa Nehas Liah Bing yang pernah mendapatkan penghargaan Satya Lencana serta mewakili masyarakat Dayak Wehea untuk menerima penghargaan Kalpataru atas pengelolaan Hutan Lindung Wehea menjelaskan kepada para aktivis Pro Fauna sebelum melaksanakan ritual pelepasan bahwa sebenarnya yang dilakukan nanti boleh dikatakan sebagai sebuah ritual penyambutan, karena saat awal datang, kawan-kawan belum disambut secara adat.

Pemasangan gelang manik kepada aktivis Pro Fauna sebelum berangkat sekaligus mengangkat sebagai Sahabat WEHEA
Pada malam sebelumnya, bersama Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai, Ledjie Taq bersama beberapa tokoh masyarakat Desa Nehas Liah Bing melaksanakan pertemuan kecil untuk pelaksanaan ritual pada keesokan hari dan disepakati sesuai dengan informasi yang diterima bahwa ritual adat akan dilaksanakan pada pukul 07.30 Wita dan kemudian ditunjuk Bapak Musa Ba dan Bapak Bit Tot untuk mempersiapkan Telkeak sebagai salah satu bagian penting dalam ritual tersebut yang sekaligus juga akan dilakukan pemasangan gelang merah bagi seluruh crew Ride for Borneo.
Doa dan Pemberkatan oleh Pater Lucius Tumanggor, SVD kepada seluruh aktivis Pro Fauna
Tepat pukul 08.00, ditengah pancaran mentari pagi, seluruh aktivis Pro Fauna berdiri berjajar diatas sebuah tikar rotan yang khusus disiapkan menghadapi sebuah Telkeak dari bamboo yang dihiasi untaian pengsut, yaitu semacam rautan dari kayu.
Doa dan Pemberkatan kepada aktivis Pro Fauna dari Pater Lucius Tumanggor, SVD, Pastor Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kutai Timur, Kaltim
Dipimpin oleh Ledjie Taq, ritual pun dimulai dengan membacakan mantra untuk memohon kepada para dewa pelindung kampung serta para leluhur masyarakat adat Dayak Wehea dari Nehas Liah Bing, Dea Beq, Diaq Lay, Bea Nehas, Long Wehea dan Diaq Leway, agar menyertai perjalanan dari para aktivis lingkungan tersebut ke tempat tujuan dan selanjutnya ditempatkan sebuah telur ayam kampung pada Telkeak serta dilakukan pemotongan seekor anak ayam dan kemudian darahnya dicerakan pada dahi seluruh angora rombongan.

Aktivis Pro Fauna bersama Lembaga Adat Dayak Wehea, Kepala Desa Diaq Lay serta tokoh masyarakat dan Ranger's Hutan Lindung Wehea serta RHOI
Setelah selesainya ritual awal, kemudian didampingi oleh Ibu Musa Ba, Ibu Lenyiei (istri dari Ledjie Taq) kemudian melakukan pemasangan gelang merah kepada seluruh peserta sebelum melanjutkan perjalanan. Ledjie Taq, dalam penjelasannya mengungkkan bahwa pemasangan gelang tersebut dalam tradisi Suku Dayak Wehea selalu diberikan kepada orang-orang Wehea yang akan pergi ke dalam hutan, atau pada saat akan membuka ladang baru dan secara khusus pada ritual yang dilaksanakan tersebut, dengan pemasangan gelang merah, seluruh aktivis Pro Fauna telah disambut secara adat dalam tradisi Wehea sekaligus menjadi sahabat bagi masyarakat adat Wehea, demikian ungkap Ledjie Taq.
Ride for Borneo 2014 menuju Hutan Lindung Wehea Tlan-Long Suh

Pasca ritual adat dan pemberkatan secara agama Katolik, akhirnya seluruh aktivis Pro Fauna berangkat menuju Hutan Lindung Wehea Tlan-Long Suh, yaitu sebuah kawasan pelepasliaran Orang Utan yang dikelola oleh PT. RHOI dengan menggunakan 3 buah trail dan 1 unit kendaraan 4WD milik RHOI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar