Selasa, 25 Oktober 2011

Gereja & Pelestarian Lingkungan


Pengembangan Kawasan Kung Beang Sebagai Tempat Wisata Rohani
Apa hubungan antara gereja dan kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan atau konservasi? Ini adalah sebuah pertanyaan menarik, dalam sebuah diskusi ketika pertama kali, Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing mulai menginisiasi pengembangan kawasan wisata rohani di Kawasan Gunung Kung Beang.
kawasan gunung kung beang_dilihat dari sp-3 pantun
Bagi orang awam, mungkin tidak ada hubungannya, tetapi bagi gereja dan juga sebagian orang yang eksis dalam kegiatan-kegiatan konservasi, hal tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Mengapa? Dengan mengembangkan kawasan wisata rohani di sisi selatan Gunung Kung Beang, maka secara langsung kawasan hutan tersisa di kawasan tersebut, secara otomatis terlindungi, dan ini adalah sebuah langkah strategis yang nyata dan dilakukan oleh Gereja Katholik di Nehas Liah Bing pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
hutan sekunder muda di kawasan selatan gua kung beang
Pada banyak tempat, terdapat banyak contoh kasus yang dapat dijadikan referensi, dimana para pastor di berbagai tempat bersama umat, secara bahu membahu melakukan penyelamatan kawasan mata air sebagai sumber kehidupan bagi umat manusia dengan penghijauan kembali, atau mendorong masyarakat lokal untuk melindungi kawasan-kawasan tertentu, belum lagi kegiatan-kegiatan penghijauan yang rutin dilakukan bersama umat di kawasan-kawasan wisata rohani dan gua-gua Maria. Juga masih terdapat banyak contoh kasus, dimana para Pastor Katholik turut terlibat aktif dalam perjuangan dan kampanye-kampanye tentang pentingnya upaya pelestarian lingkungan di Indonesia dan berbagai belahan dunia. Hanya, karena ini dilakukan oleh para imam dan umat dengan skup yang besar atau kecil, seringkali tidak terdengar gaungnya, karena tidak adanya publikasi, dan memang, karena gereja tidak mementingkan publikasi, tetapi aksi lansung dan nyata.
Hutan Kung Beang & Gua Maria Pengantara Segala Rahmat
Kembali kepada pengembangan kawasan wisata rohani, pada awalnya adalah membangun mimpi untuk memiliki sebuah tempat khusus bagi umat Katholik sekaligus juga sebagai sebuah tempat ziarah rohani, sehingga melalui kesepakatan bersama antara Gereja Katholik di Nehas Liah Bing melalui Pater Remigius Ukat, SVD (alm) bersama seluruh elemen dari masyarakat adat Wehea di 6 desa komunitas Wehea pada tahun 2008, yang selanjutnya direalisasikan melalui sebuah acara penyerahan lahan secara adat dalam tradisi Masyarakat Adat Wehea dan menghibahkan kawasan Gua Kung Beang yang terletak disisi selatan gugus Gunung Kung Beang seluas kurang lebih 50 hektar.
Hal strategis lainnya adalah bahwa ternyata kawasan tersebut dimana terdapat sebuah gua besar masih memiliki hutan (sekunder muda) yang cukup baik untuk ditata kembali, kemudian dikelola sebagai tempat ziarah dan kawasan wisata rohani.
Kembali kepada pertanyaan awal, apa hubungan antara gereja dan pelestarian terjawab dengan sendirinya, karena dengan telah ditetapkan dan diresmikannya kawasan Gua Maria Pengantara Segala Rahmat Kung Beang, maka secara otomatis kawasan hutan disekitarnya juga terlindungi dengan sendirinya, dan kawasan hutannya dapat terus terjada kelestariannya.
Semoga Tuhan Memberkati...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar