Senin, 24 Oktober 2011

Sebaran Umat Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing

Bagian Kedua
Pada bagian pertama, telah dijelaskan sebaran umat pada stasi-stasi yang letaknya jauh dari pusat paroki, diantaranya adalah Stasi Mawai, Batu Ampar dan Long Segar, dari total 15 stasi yang ada dalam wilayah Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing yang meliputi 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Muara Wehea di Pusat Paroki, Kecamatan Kung Beang, Kecamatan Telen dan Kecamatan Batu Ampar.
Sebaran stasi dengan jarak tempuh yang jauh terkadang cukup menyulitkan bagi pastor paroki untuk melakukan pelayanan, terutama pada saat musim hujan, karena kondisi infrastruktur jalan yang sangat buruk, terutama di Kecamatan Batu Ampar yang harus melalui jalan HPH PT. Kiani Lestari.
Sementara untuk stasi-stasi yang dekat dengan pusat paroki, tidak terlalu bermasalah, karena rata-rata telah memiliki akses jalan yang “cukup” baik.
Berikut adalah gambaran beberapa stasi dalam wilayah Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing:
1.      Stasi Nehas Liah Bing
Merupakan stasi yang terletak di pusat paroki dan tersebar di 5 RT di kampung induk Nehas Liah Bing. Mayoritas umat merupakan komunitas masyarakat adat Wehea, ditambah dengan sedikit masyarakat dari etnis Timur & Jawa.
Perkembangan umat di stasi tersebut memiliki sejarah cukup panjang yang dimulai pada akhir dekade 60-an, dimana mulai disentuh pelayanan dari pusat paroki yang berada di Tenggarong.
Pada perkembangan selanjutnya, sesuai dengan keputusan pengembangan paroki di Desa Long Segar, sebelum Nehas Liah Bing menjadi pusat paroki, pelayanan pastoral dilakukan dari pusat paroki.
Dengan semakin berkembangnya wilayah pedalaman, terutama seiring dengan semakin membaiknya infrastruktur pendukung terutama jalan, dan lain-lain, diputuskan bahwa pusat paroki dipindahkan dari Long Segar ke Nehas Liah Bing, sehingga dari sebelumnya merupakan stasi, kemudian berkembang menjadi pusat paroki.
Mayoritas umat di stasi Nehas Liah Bing umumnya bermatapencaharian sebagai petani dengan komoditas yang dikembangkan adalah kelapa sawit dan pada 3 tahun terakhir juga mengembangkan tanaman karet, dan sedikit umat yang bekerja di perusahaan serta sebagai guru.
 2.      Stasi Dea Beq
Berjarak sekitar 4 km dari pusat paroki, dan akses jalan dari dan menuju ke stasi tersebut sudah cukup baik. Semakin membaiknya aksesibilitas jalan tersebut karena didukung oleh sektor swasta yang ada di sekitar desa, diantaranya adalah PT. Narkata Rimba (HPH) dan PT. Swakarsa Group (Kelapa Sawit).
Sejak tahun 2007, terdapat ijin kuasa pertambangan yang juga meliputi wilayah stasi tersebut, yaitu PT. Tekno Orbit Persada seluas 12.100 ha, yang kemudian berpindah managemen ke PT. IndoRAK (MEC Group).
Sama halnya dengan Stasi Nehas Liah Bing, Long Wehea dan Diaq Leway, mayoritas umat di stasi Dea Beq berasal dari etnis Dayak Wehea. Pendampingan dan karya pastoral di wilayah stasi tersebut dibantu oleh para Suster SSpS yang berpusat di Nehas Liah Bing.
Terdapat sebuah gereja stasi (kapela) di stasi tersebut yang dibangun pada tahun 2008/2009 dan saat ini (2011). Peresmian gereja stasi tersebut dilakukan oleh Bapak Uskup Agung Samarinda (Mgr. Sului Florentinus, MSF).
Perkembangan kegiatan kerohanian juga mulai berjalan baik, termasuk proses pengkaderan yang dilakukan oleh para Suster SSpS, serta kelompok doa ibu-ibu.
Tantangan terbesar dalam pengembangan kegiatan pastoral di wilayah komunitas Wehea adalah membangun keterlibatan seluruh umat, baik laki-laki maupun perempuan.
Sedangkan mayoritas umat di stasi tersebut bermatapencaharian sebagai petani, dengan komoditas utama yang dikembangkan adalah kelapa sawit (kebun rakyat).
3.      Stasi Diak Lay
Terdapat seorang katekis yang bertugas di stasi tersebut, dibantu oleh seorang pengurus dewan stasi yang cukup aktif mendukung kegiatan kaum muda paroki.
Mayoritas umat bermatapencaharian sebagai petani, serta menganut sistem pertanian subsisten, tetapi seperti pada stasi-stasi yang merupakan masyarakat adat, pada beberapa tahun terakhir juga mulai melaksanakan sistem pertanian intensif dan menetap dengan komoditas tanaman yang dikembangkan adalah kelapa sawit.
Seperti halnya pada stasi-stasi lainnya di wilayah Wehea, tantangan terbesar dalam karya pastoral di stasi tersebut adalah melibatkan seluruh komponen serta stake holders yang ada terutama pelibatan laki-laki dan perempuan dalam seluruh kegiatan menggereja.
4.      Stasi Bea Nehas
Dilayani oleh para Suster SSpS, stasi tersebut merupakan pusat perusahaan yang memegang ijin kuasa pertambangan, yaitu PT. IndoRAK (MEC Group) yang juga meliputi 2 wilayah stasi lainnya (Diak Lay & Dea Beq).
Sebelum diambil alih oleh para suster, pelayanan pastoral dilakukan seorang katekis yang juga sebagai guru agama dan secara berkala mendapatkan pelayanan dari Pastor Paroki.
Mayoritas umat bermatapencaharian sebagai petani (kelapa sawit) dan seiring perkembangan, mulai banyak kelompok masyarakat (umat) yang bermitra dengan perusahaan sekitar (PT. Swakarsa Group) dalam melakukan beberapa kegiatan/pekerjaan di perusahaan tersebut.
(bersambung…………)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar